Abdul Muis
No Sk 218 Tahun 1959
Tgl Sk 30 Agustus 1959
Seorang sastrawan, politikus, dan wartawan Indonesia. Dia merupakan pengurus besar Sarekat Islam dan pernah menjadi anggota Volksraad mewakili organisasi tersebut.
Ia membantu harian De Express untuk menulis karangan yang menangkis penghinaan terhadap bangsanya Tahun 1916 ia bersama Agus Salim memimpin majalah “Neraca”, dan juga menjadi Pemimpin Redaksi Harian Kaoem Moeda.
Abdul Muis juga terkenal pula pandai berdebat dan berpidato. Tahun 1913, ia kemudian masuk menjadi anggota Serekat Islam (SI), menjadi ketua SI cabang Bandung, dan menjadi anggota pimpinan sentral kommite pengurus pusat SI. Abdul Muis juga merupakan anggota Volksrad.
Karya-karya Abdul Muis diantaranya adalah “Salah Asuhan” (1928), “Surapati” (1950), “Robert anak Surapati” (1953), “Pertemuan Jodoh”, “Daman Brandal”, “Sabai nan Alui” (Cerita Rakyat Minangkabau), dan contah Surat Menyurat. Abdul Muis merupakan Sastrawan, Politisi, Wartawan Indonesia. Pendorong berdirinya Technische Hooge School (ITB, Institut Teknologi Bandung) Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Buruh Pegadaian. Pendiri Persatuan Perjuang.
Ki Hajar Dewantara
No Sk 305 Tahun 1959
Tgl Sk 28 November 1959
R.M. Surjopranoto
No Sk 310 Tahun 1959
Tgl Sk 30 November 1959
Mohammad Hoesni Thamrin
No Sk 175 Tahun 1960
Tgl Sk 28 Juli 1960
Politikus dan Aktifis Kemerdekaan. Tokoh Betawi yang pertama kali menjadi anggota Volksraad (“Dewan Rakyat”) di Hindia Belanda, mewakili kelompok Inlanders (“pribumi”).
Thamrin merupakan anggota Dewan Kota yang sering menyaksikan keadaan rakyat dan membuatnya berpidato agar pemerintah segera berupaya untuk memperbiki kampung-kampung di Jakarta. Thamrin kemudian menjadi ketua Kaum Betawi. Kemudian pada tahun 1927, Thamrin alias Mat Seni dilantik menjadi anggota Volksraad.
Pada 27 Januari 1930 dibentuk “Fraksi Nasional” dalam Volksraad yang diketuain oleh Thamrin, dan kemudian Thamrin membentuk “Fonds Nasional”. Thamrin juga menjadi ketua Pemufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) .Thamrin juga menjadi anggota Vereniging van Indonesia Akademici (VLA) dan menjadi anggota Partai Indonesia Raya (Parindra). Pada 1939 Parindra yang diwakili oleh Thamrin bergabung dalam Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dengan tujuan “Indonesia Berpalemen”,
Masyarakat Jakarta menngenang jasa-jasa M.H. Thamrin sepanjgan masa dan telah memberikannya nama sebagai Abang Betawi atau Abang Jakarta. Cita-citanya untuk kepentinngan rakyat diteruskan dalam “Proyek M.H. Thamrin”.
KH. Samanhudi
No Sk 590 Tahun 1961
Tgl Sk 09 November 1961
H.O.S. Cokroaminoto
No Sk 590 Tahun 1961
Tgl Sk 09 November 1961
Danudirja Setiabudi
No Sk 590 Tahun 1961
Tgl Sk 09 November 1961
SiSingamangaradja XII
No Sk 590 Tahun 1961
Tgl Sk 09 November 1961
Dr. G.S.S.J Ratulangie
No Sk 590 Tahun 1961
Tgl Sk 09 November 1961
Waktu belajar di Negeri Belanda Sam Ratulangi masuk menjadi anggota Indise Vereniging, Perhimpunan Mahasiswa Indonesia yang kemudian berganti nama menjadi “Perhimpunan Indonesia”.
Sam Ratulangi sangat berjasa bagi rakyat Minahasa. Ia telah berhasil menghapuskan kerja paksa (rodi), menyelenggarakan transmigrasi, mendirikan yayasan dana belajar.
Dia juga turut andil dalam proklamasi kemerdekaan. Usai Bung Karno dan Bung Hatta memimpin proklamasi, Sam Ratulangi diangkat sebagai Gubernur Sulawesi.
Ia membawa kabar kemerdekaan ke Sulawesi. Proklamasi Kemerdekaan berkumandang pada 17 Agustus 1945. Namun di Sulawesi proklamasi baru didengar dua hari setelahnya. pada tanggal 19 Agustus 1945 Gubernur Ratulangi mengumumkan secara resmi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ia membacakan kembali bunyi naskah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 di hadapan pemuka-pemuka rakyat Sulawesi.
DR. Sutomo
No Sk 657 Tahun 1961
Tgl Sk 27 Desember 1961
KH. Akhmad Dahlan
No Sk 657 Tahun 1961
Tgl Sk 27 Desember 1961
Pendiri Muhammadiyah dan Pejuang bidang Pendidikan.
Suami dari Siti Walidah yang juga Pahlawan Nasional. Ia memperoleh pendidikan agama di pesantren dan kemudian memperdalam ilmu lainnya di Mekah dan juga gemar membaca buku.
Nama Ahmad Dahlan menjadi bahan pembicaraan masyarakat ialah ketika tahun 1896 Dahlan membetulkan arah kiblat di langgar dan masjid-mesjid di Yogyakarta. Peristiwa lain yang membuatnya semakin dikenal ialah dengan penentuan Hari Raya Id. Tetapi nama beliau lebih dikenal sebagai pendiri dan pemimpin Muhammadiyah, organisasi sosial yang menitikberatkan usahanya di bidang pendidikan serta kemajuan hidup beragama di kalangan umat islam.
Sebelum mendirikan Muhammadiyah, Ahmad Dahlan sudah memasuki organisasi lain, baik yang berdasarkan nasionalisme ataupun agama, seperti Budi Utomo dan Sarekat Islam.
K.H. Ahmad Dahlan memilih lapangan sosial dan pendidikan sebagai medan baktinya. Selain Muhammadiyah, Dahlan mendirikan Aisiyah untuk anak perempuan dan organisasi pramuka Hizbul Wathan.
KH. Agus Salim
No Sk 657 Tahun 1961
Tgl Sk 27 Desember 1961
Pejuang Kemerdekaan Indonesia, Politisi, Jurnalis, Penulis Buku. Menteri Luar Negeri. Anggota BPUPKI dan Ketua Dewan Kehormatan PWI.
Agus Salim lulus dari HBS dan kemudian memilih untuk belajar sendiri dan menguasai berbagai macam bahasa derah dan negara lain. Ia kemudian merantau ke Jedah dan mempelajari islam lebih dalam dan membuatnya berkenalan dengan tokoh-tokoh modernis Islam seperti Jamaludin Al-Afghani. Pada tahun 1911, ia kembali ke tanah air dan mendirikan HIS.
Karir politiknya dimulai dalam Sarekat Islam (SI), kemudian bersama Samaun pada tahun 1919 ia mendirikan Persatuan Pergerakan Kaum Buruh. Agus Salim juga melontarkan gagasan mengenai Pan Islamisme. Ia juga merupakan anggota Volksraad sampai tahun 1924 ia keluar dan menganut aliran non-kooperatif.
Tahun 1925 bersama Cokroaminoto menerbitkan harian Fajar Asia di Yogyakarta, dan memimpin harian Hindis Baru di Jakarta.
Pada 1929 ia diangkat menjadi ketua Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
Ia diangkat menjadi anggota BPUPKI dan menjadi anggota Panitia Sembilan. Sejak Proklamasi ia aktif dalam bidang diplomasi sebagai Menteri Luar Negeri.
Jend. Gatot Subroto
No Sk 222 Tahun 1962
Tgl Sk 18 Juni 1962
Sukarjo Wiryopranoto
No Sk 222 Tahun 1962
Tgl Sk 18 Juni 1962
Dr. Ferdinand Lumban Tobing
No Sk 361 Tahun 1962
Tgl Sk 17 November 1962
KH. Zainul Arifin
No Sk 35 Tahun 1963
Tgl Sk 04 Maret 1963
Tan Malaka
No Sk 53 Tahun 1963
Tgl Sk 28 Maret 1963
MGR.A. Sugyopranoto SJ
No Sk 152 Tahun 1963
Tgl Sk 26 Juli 1963
Uskup Agung Katolik Semarang. Seorang Patriot dan Nasionalis sejati. Beliau dipuji karena kekuatannya selama pendudukan Jepang dan revolusi nasional.
Pidato Soegijapranata saat Kongres Katolik Seluruh Indonesia di Semarang tahun 1954, mengatakan, jika kita merasa sebagai orang Kristen yang baik, kita semestinya juga menjadi seorang patriot yang baik.
Ir. H. Djuanda Kartawijaya
No Sk 244 Tahun 1963
Tgl Sk 29 November 1963
DR. Sahardjo, SH
No Sk 245 Tahun 1963
Tgl Sk 29 November 1963
Sahardjo menciptakan istilah ‘Narapidana’ sebagai penganti ‘orang terhukum’. Istilah penjara diganti menjadi ‘pemasyarakatan’. Dan mencetuskan lambang Departemen Kehakiman yaitu pohon beringin sebagai lambang pengayoman (Perlindungan)
Sahardjo juga yang mengusulkan lambang Kehakiman dan Kejaksaan menggunakan gambar pohon beringin, bukan Dewi Keadilan yang akrab dengan timbangan, pedang, dan mata tertutupnya, pohon Beringin dinilai lebih sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia
Hasil pemikiran Sahardjo membawa penjelasan mengenai hakikat Negara Republik Indonesia. Penjelasan itu menolak pendapat bahwa Negara RI hadiah Koferensi Meja Bundar (KMB) antara Belanda dengan Indonesia.
Cut Nyak Dhien
No Sk 106 Tahun 1964
Tgl Sk 02 Mei 1964
Pemimpin Gerilya Aceh yang berperang melawan Pasukan Kolonial Belanda pada masa perang Aceh (1873- 1904). Istri Teuku Umar (juga Pahlawan Nasional).
Cut Nyak Dien merupakan tokoh yang memegang peranan penting bagi Masyarakat Aceh baik di bidang politik maupun bidang lainnya.
Ia menjadi garda terdepan dalam perang melawan Belanda. Beliau tangkas, tangguh dan gigih dalam memperjuangkan tanah air, bangsa dan agama dari tangan Belanda.
Perang Aceh-Belanda yang meletus tahun 1873, bagi Aceh, perang itu adalah perang mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan. Sedangkan bagi Belanda perang itu untuk memperluas wilayah jajahannya
Bersama-sama dengan Teuku Umar, Cut Nyak Dien menyusun strategi perjuangan. Ia membangkitkan semangat penduduk VI Mukim agar mereka berjuang mempertahankan daerah mereka dari serangan Belanda.
Ia meninggal dunia di Sumedang pada tanggal 6 November 1908 sebagai tawanan Pemerintah Hindia-Belanda setelah bertahun-tahun lamanya berjuang menentang penjajahan Belanda khususya di daerah Aceh.
Cut Meutia
No Sk 107 Tahun 1964
Tgl Sk 02 Mei 1964
Pemimpin Gerilya Aceh yang berperang melawan Pasukan Kolonial Belanda. Gugur pada pertempuran di Alue Kurieng tanggal 24 Oktober 1910.
Cut Meutia sejak kecil diajarkan agama islam oleh kedua orang tuanya. Ia diajarkan bagaimana menghidupkan amar ma’ruf nahi munkar.
Pada Agustus 1902, pasukan Teuku Chik Tunong dan Cut Meutia mencegat pasukan Belanda yang berpatroli di daerah Simpang Ulim Blang Nie. Dalam penyerangan ini, pasukan Belanda lumpuh total dan para pasukan Chik Tunong dan Cut Meutia berhasil merebut 42 pucuk senapan. Dalam pertempuran tersebut suami Cut Meutia Chik Tunong gugur. Ia kemudian melanjutkan perjuangan bersama Pang Nanggroe. Namun, Pang Nanggroe pun gugur dalam perjuangannya. Gugurnya pemimpin pasukan tidak memadamkan semangatkan Cut Meutia bersama kaum muslimin lainnya ia terus melakukan perlawanan terhadap Belanda,
Cut Meutia mengambil posisi paling depan, pertarungan yang tidak seimbang dari segi jumlah dan persenjataan akhirnya membuat Cut Meutia terbunuh,setelah tiga tembakan peluru menerjangnya. Cut Nyak Meutia gugur sebagai pejuang bangsa dan agama.
R.A. Kartini
No Sk 108 Tahun 1964
Tgl Sk 02 Mei 1964
Raden Ajeng Kartini merupakan seorang pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Melalui surat-surat yang ia kirimkan kepada temannya seorang Belanda Stella Zeehandelar. Dirinya aktif menceritakan bagaimana terbelakangnya perempuan-perempuan Jawa.
Kartini ingin mengangkat derajat kaum wanita melalui pendidikan, agar mereka memperoleh hak yang sama dan kecakapan yang sama sepertikaum laki-laki. Karena itulah Kartini dianggap sebagai pelopor emansipasi wanita.
Kartini menganggap bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan wanita sebagai makhluk yang sama, hanya bentuknya yang berbeda. Karena itu kedudukan mereka tidak boleh dibeda-bedakan. Kartini yakin bahwa wanita memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa seperti ditulisnya dalam salah satu suratnya.
Semasa menjalani pingitan ia aktif membaca buku-buku. Salah satu buku yang semakin membuka matanya ialah buku Minnebrieven, karangan Multatuli. Ia juga membaca buku-buku Ny. C. Goekoop yang menguraikan perjuangan Hylda van Suylenderb membela hak-hak wanita di Negeri Belanda.
Kartini mendirikan sekolah bagi gadis-gadis di Jepara. Muridnya hanya sebanyak sembilan orang, terdiri atas kerabat atau teman-temannya. Pelajaran yang diberikan meliputi menjahit, memasak, meyulam, dan bahasa Jawa.
Dr. Ciptomangunkusumo
No Sk 109 Tahun 1964
Tgl Sk 02 Mei 1964
Cipto Mangunkusumo adalah seorang dokter, wartawan sekaligus pejuang pergerakan nasional kemerdekaan Indonesia. Bersama dengan Ernest Douwes Dekker da Ki Hadjar Dewantara ia dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.
Ia banyak menyebarkan semangat nasionalisme kebangsaan Indonesia pada generasi muda pergerakan nasional Indonesia ketika itu.
Cipto Mangunkusumo aktif memberikan pengobatan kepada rakyat kecil sehingga ia dijuluki sebagai Dokter Jawa yang berbudi.
Disamping bekerja sebagai dokter, ia banyak menulis di surat kabar Belanda de Locomotief, terbitan Semarang. Tulisannya mengeritik dan menyerang pemerintah tentang cara memerintah yang feodalistik hingga rakyat makin melarat dan bodoh.
Bersama dengan dr Soetomo mereka mendirikan organisasi Boedi Oetomo yang bergerak dibidang pengumpulan beasiswa.
Dalam Kongres Boedi Oetomo yang diselenggarakan pada 3 dan 4 Oktober 1908 di Yogyakarta, Cipto Mangunkusumo mengusulkan agar Boedi Oetomo dijadikan sebagai organisasi politik
Pada tahun 1913 Ia menulis harian De Express, 26 Agustus 1913 yang berjudul ”Kracht of Vrees” (Kekuatan atau Ketakutan). Akibat tulisannya tersebut ia diasingkan oleh Pemerintah Hindia-Belanda.
H. Fakhrudin
No Sk 162 Tahun 1964
Tgl Sk 26 Juni 1964
KH. Mas Mansyur
No Sk 162 Tahun 1964
Tgl Sk 26 Juni 1964
Pejuang Kemerdekaan Indonesia. Tokoh Pembaharu Islam. Terkenal sebagai Empat Serangkai (Soekarno, M. Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan Mas Mansur).
K.H. Mas Mansur adalah putera Kyai Mas Ahmad dari keluarga pesantren Sidoresno, Surabaya. Selepas belajar di Al-Azhar Mesir dan melanjutkan studi di Makkah selama setahun, Mas Mansur pulang ke tanah air pada tahun 1915.
Di tanah air ia disibukkan dengan berbagai kegaitan, dalam pergerakan agama, bahkan politik pula. Sebagai ulama, ia dikenal sebagai ahli ilmu tasawuf, tauhid, kalam, falsafah, dan mantiq.
Pada 1921 K.H. Mas Mansur menjadi anggota Muhammadiyah. Kemudian ia mendirikan Muhammadiyah cabang Surabaya, menjadi konsul Muhammadiyah untuk Jawa Timur, dan terpilih menjadi Ketua Pimpinan Pusat. Ia juga mejadi pemimpin Muhammadiyah sejak tahun 1937 hingga 1943.
K.H. Mansur juga mendirikan Majelsi Islam Ala Indonesia (MIAI) pada tahun 1937. Kemudian menjadi anggota Partai Islam Indonesia (PARIII) tahun 1938. Pada 1941 ia menjadi ketua Majelis Rakyat Indonesia (MRI).
Selama berjuang dan memimpin perjuangan umat Islam, K.H Mansur benyak menyumbangkan pemikirannya melalui tulisan dan pidato.
Alimin
No Sk 163 Tahun 1964
Tgl Sk 26 Juni 1964
Alimin merupakan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia serta tokoh komunis Indonesia.
Sejak remaja Alimin aktif dalam pergerakan nasional. Ia pernah menjadi anggota Budi Utomo, Sarekat Islam, Insulinde. Sebelum bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), ia juga salah seorang pendiri Sarekat Buruh Pelabuhan yang dahulunya disebut Sarekat Pegawai Pelabuhan dan Lautan.
Alimin diberi penghargaan oleh negara mengingat jasa-jasanya sebagai pemimpin pergerakan nasional dimasa lalu guna mencapai kemerdekaan nusa dan bangsa.
Dr. Muwardi
No Sk 190 Tahun 1964
Tgl Sk 04 Agustus 1964
Pejuang Kemerdekaan Indonesia. Komisaris Besar Kepanduan Bangsa Indonesia. Pemimpin Redaksi Majalah Jong- Java. Ketua Jong-Java Cabang Jakarta. Turut mengikrarkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Menangani Keamanan saat Proklamasi Kemerdekaan.
Muwardi menamatkan sekolahnya di STOVIA, saat disini juga ia menunjukan perhatian yang besar kepada pergerakan pemuda. Ia adalah anggota Jong Jawa, dan kemudian menjadi ketua Pandu Kebangsaan, dan menjadi anggota Kwartir Besar KBI. Ia juga aktif dalam kepengurusan ISI dan ia tejun dalam politik dengan masuk Parindra (Partai Indonesia Raya).
Ia juga menjadi asisten professor di sekolah tinggi kedokteran GHS dan menjadi spesialis THT dan membuka praktik di Jakarta.
Muwardi diangkat sebagai ketua Barisan Pelopor Kotapraja Jakarta. Ia memberikan hidupnnya untuk perjuangan, ia memimpin Barisan Pelopor, menentukan siasat, terjun ke gelanggang perjuangan fisik, ia juga memimpin Barisan Benteng. Mawardi juga ikut aktif dalam pimpinan GRR (Gerakan Revolusi Rakyat).
Mawardi menjadi korban pembenrontakan PKI di Madiun, ia diculik dan pencarian kebaradaan makam dr. Mawardi tidak menemukan titik terang hingga kini.
KH. Abdul Wahid Hasjim
No Sk 206 Tahun 1964
Tgl Sk 24 Agustus 1964
Sri Susuhunan Pakubuwono VI
No Sk 294 Tahun 1964
Tgl Sk 17 November 1964
KH. Hasjim Asjarie
No Sk 294 Tahun 1964
Tgl Sk 17 November 1964
Gubernur Surjo
No Sk 294 Tahun 1964
Tgl Sk 17 November 1964
Jenderal Sudirman
No Sk 314 Tahun 1964
Tgl Sk 10 November 1964
Jenderal Urip Sumohardjo
No Sk 314 Tahun 1964
Tgl Sk 10 November 1964
Pejuang Kemerdekaan Indonesia. Pemimpin Tentara Keamanan Rakyat RI yang Pertama (sebelum Sudirman). Membentuk Angkatan Perang Nasional Indonesia yang pertama. Penasehat Wakil Presiden (merangkap Menteri Pertahanan).
Urip Sumoharjo berasal dari keluarga santri yang berpendidikan dan juga keturunan seorang bangsawan. Keluarganya menginginkan Urip menjadi priyayi atau bupati, namun Urip memilih masuk tantara. Tahun 1913 ia lulus dalam predikat “taruna teladan: Dengan pangkat Dua KNIL ia memulai masa dinasnya di militer. Mulai ddari Kalimantan hingga Cimahi, dan kemudian ke Purworejo. Urip merupakan tantara KNIL yang tidak menyetujui semua tindakan pemerinta jajahan termasuk dikriminasi.
Sebagai prajurit profesional dan berpengalaman, ia menyadari betapa pentingnya tantara bagi sebuah negara. Apalagi bagi RI yang baru berdiri dan sedang menghadapi ancaman militer dari kekuatan asing.
Urip menjadi peletak dasar-dasar berkembangnya TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang menjadi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
Urip Sumoharjo diangkat menjadi jenderal anumerta dan dianugerahi Bintang Sakti, Bintang Mahaputera, dan Bintang Republik Indonesia.
Prof. DR. Supomo, SH
No Sk 123 Tahun 1965
Tgl Sk 14 M e i 1965
DR. Kusumaatmadja, SH
No Sk 124 Tahun 1965
Tgl Sk 14 M e i 1965
Ketua Mahkamah Agung Pertama. Anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Kusumah Atmaja merupakan lulusan Sekolah Tinggi Kehakiman (Rechtschool) pada tahun 1913. Ia sempat bekerja sebagai pegawai pembantu pengadilan di Bogor, dan meraih gelar doktor pada tahun 1922 setelah mendapat beasiswa ke Universitas Leiden,Belanda.
Kusumah menjalani profesi sebagai penegak hukum di berbagai kantor pengadilan Kolonial Hindia Belanda, tahun 1924 ia diangkat menjadi Ketua Pengadilan Negeri di Indramyu dan Majalengka.
Pada tahun 1931 ia dipindahkan ke Jakarta dan menjadi Ketua Pengadilan Negeri di Jakarta dan Tangerang.
Pada tahun 1942, ia diangkat menjadi Ketua Tihoo Hooin (Pengadilan Negeri) di Semarang, sekaligus Kooto Hooin (Pengadilan Tinggi). Menjelang akhir pendudukan Jepang, ia dipindahkan ke Jakarta sebagai Wakil Ketua Kooto Hooin Jakarta dan juga mengajar di Kenchoku Gakuin.
19 Agustus 1945, Kusumah ditugaskan untuk membentuk Mahkamah Agung dan sekaligus diangkat menjadi Ketua Mahkamah Agung RI yang pertama.
Jenderal TNI Anm. A. Yani
No Sk 111 / Koti / 1965
Tgl Sk 05 Oktober 1965
Ahmad Yani merupakan pahlawan Indonesia yang memiliki peran penting dalam perjuangan bangsa. ia merupakan Panglima Staf Komando Angkatan Darat (KSAD).
Pada masa mempertahankan kemerdekataan Ahmad Yani beserta pasukannya berhasil memukul mundur pasukan sekutu sampai ke Ambara pada19 Oktober 1945 di Semarang.
Pada tahun 1948 semasa Ahmad Yani menjabat sebagai Komandan Brigade Diponegoro, negara dirongrong oleh PKI dibeberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ahmad Yani berperan dalam mengirimkan Batalyon Suryosumpeno untuk menumpas pasukan pemberontak di daerah sekitar Purwodadi dan Grobogan.
Saat terjadi Agresi Militer Belanda II 19 Desember 1948. Kota Magelang, tempat kedudukan Brigade Yani, diserang Belanda dari tiga jurusan, yakni dari Yogyakarta, Ambarawa dan Punvorejo. Kota ini terkepung, tetapi Yani tidak panik. Ia memerintahkan anak buahnya membumihanguskan Magelang.
Ahmad Yani dan pasukannya berhasil menumpas Gerakan DI/TII di Daerah sekitar Brebes dan Pekalongan.
Ia menjadi salah satu korban dalam peristiwa G30 S/PKI.
Letjen. TNI. Anm Suprapto
No Sk 111 / Koti / 1965
Tgl Sk 05 Oktober 1965
Letjen. TNI. Anm. MT. Harjono
No Sk 111 / Koti / 1965
Tgl Sk 05 Oktober 1965
Pejuang Kemerdekaan Indonesia. Letnan Jenderal Angkatan Darat, korban kebiadaban (dibunuh) Gerakan 30 September.
Letnan Jendral TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Harjono, mengawali perjuangan militer dengan menjadi tantara PETA. Kecakapannya dalam menguasai bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman membuatnya dipercayai sebagai Kepala Kantor Penghubung dan tahun 1945 ia dipindahkan ke Sekretariat Keamanan. Bulan Maret 1946 ia ditunjuk sebagai delegasi Republik Indonesia dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda di Jakarta. Berbagai jabatan penting pernah diemban oleh Harjono, ia juga menjadi delegasi untuk KMB sebagai sekretaris.
Tahun 1950 ia diangkat sebagai atase militer pertama RI untuk Negeri Belanda dan pangkatnya menjadi Letnan Kolonel. Kemudian pada bulan Juli 1964 pangkatnya menjadi Mayor Jenderal dan memangku jabatan Menteri/Panglima Angkatan Darat.
MT. Harjono menjadi salah satu korban dalam peristiwa G30S/PKI dikarenakan penolakan terhadap pembentukan Agkatan Kelima. Ia meninggal akibat tembakan senjata dirumahnya dan mayatnya diangkut dan dimasukan ke Lubang Buaya. Barulah pada 5 Oktober 1965, jenazahnya dimakamkan dan pangkatnya dinaikan secara anumerta menjadi Letnan Jenderal.
Letjen. TNI. Anm. S. Parman
No Sk 111 / Koti / 1965
Tgl Sk 05 Oktober 1965
Mayjen. TNI. Anm. D.I. Panjaitan
No Sk 111 / Koti / 1965
Tgl Sk 05 Oktober 1965
Mayjen. TNI.Anm. S. Siswomihardjo
No Sk 111 / Koti / 1965
Tgl Sk 05 Oktober 1965
Kapten CZI. Anm. Pierre Tendean
No Sk 111 / Koti / 1965
Tgl Sk 05 Oktober 1965
Pierre Andries Tendean adalah seorang perwira militer Indonesiayang menjadi salah satu korban peristiwa Gerakan 30 September pada tahun 1965. Pierre Tendean merupakan ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution.
Pada tahun 1963, saat pemerintah menerapkan politik konfrontasi dengan Malaysia ia diperbantukan pada Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat yang bertugas di garis depan.
Dua tahun lamanya Pierre Tendean ditempatkan di garis depan dan selama masa itu tiga kali Ia melakukan penyusupan ke daerah Malaysia. Pertama kali Ia memasuki daerah Malaysia dengan menyamar sebagai wisatawan.
Dalam penyusupan ketiga, ditengah laut Ia dikejar oleh kapal perusak (destroyer) Inggris. Dengan cepat Ia membelokkan speedboat-nyadan secara diam-diam Ia menyelam ke dalam laut.
Karena kelincahannya dalam menjalankan tugas, Pierre Tendean menjadi rebutan beberapa perwira tinggi yang berniat untuk mengangkatnya sebagai ajudan. Jenderal Abdul Haris Nasution, Jenderal Hartawan dan Jenderal Dandi Kadarsan, adalah tiga diantara perwira tinggi tersebut.
Dalam menjalankan tugas sebagai ajudan inilah Letnan satu Pierre Tendean gugur karena dibunuh oleh orang-orang PKI yang melakukan pemberontakan untuk merebut kekuasaan negara.
AIP. TK. II Brig.Pol. K.S. Tubun
No Sk 114 / Koti /1965
Tgl Sk 05 Oktober 1965
Brigadir Polisi. Korban kebiadaban (dibunuh) Gerakan 30 September saat mengawal kediaman Wakil Perdana Menteri, Dr. J. Leimena di Jakarta, yang bertetangga dengan Jenderal A.H. Nasution,
KS Tubun masuk Sekolah Polisi Negara di Ambon sejak Agustus 1951. Beliau kemudian dipindahkan ke Jakarta dan ditempatkan dalam kesatuan Brimob,
Pada tahun 1955 KS Tubun mengikuti pasukannya yang mendapat tugas melakukan operasii militer terhadap DI/TII di daerah Aceh selama tiga bulan dan pada tahun 1958 juga melakukan operasi militer di daerah Sulawesi Utara bersama pasukannya untuk menumpas pemberontakan PRRI/Permesta. Ia juga ikut dalam tugas membebaskan Irian Barat setelah diumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora) pada tanggal 19 Desember 1961,
KS Tubun mendapat kehormatan menjadi anggota pasukan pengawal kediaman Wakil Perdana Menteri II Dr.J.Leimena. KS Tubun gugur dalam menjalankan tugasnya beberapa hari sebelum hari ulang tahunnya yang ke-37 dalam periistiwa Gerakan 30 September 1965.
Brigjen. TNI. Anm. Katamso
No Sk 118 / Koti / 1965
Tgl Sk 19 Oktober 1965
Brigadir Jenderal TNI Angkatan Darat. Dan Rem 072/ Pamungkas DIY. Brigjen. Katamso bersama Wakil Dan Rem 072 Kolonel Sugiyono menjadi korban kebiadaban (dianiaya dan dibunuh) oleh Gerakan 30 September di Kentungan, Yogyakarta,
Setelah menamatkan sekolah, Katamso melanjutkan pendidikan tantara PETA di Bogor. Sesudah Proklamasi kemerdekaan ia mengikuti TKR, selama agresi militer Belanda, pasukannya sering bertemput untuk mengusir Belannda dari Indonesia. Setelah pengakuan kedaulatan ia diberi tugas untuk menumpas pemberontakan Batalyon 426 di Jawa Tengah,
Katamso dipercaya untuk menjalankan operasi militer yaitu memipin Batalyon A Operasi 17 Agustus.
Katamso melakukan bebagai persiapan menghadapi PKI salah satunya adalah pendekatan terhadap masyarakat Yogyakarta dan memperkuat Resimen Mahasiswa, namun Katamso menjadi salah satu korban yang tewas pada malam hari 2 Oktober 1965 bersama Letnan Kolonel Sugiyono.
Kol. Inf. TNI. Anm. Sugiono
No Sk 118 / Koti / 1965
Tgl Sk 19 Oktober 1965
Sutan Sjahrir
No Sk 76 Tahun 1966
Tgl Sk 09 April 1966
Laks.Laut R.E. Martadinata
No Sk 220 Tahun 1966
Tgl Sk 07 Oktober 1966
Raden Eddy Martadinata merupakan tokoh Angkatan Laut Republik yang disegani.
R.E Marthadinata mengawali karirnya dengan menjadi penerjemah di Balai Besar Kereta Api di Bandung dari April 1942 – Desember 1942. Setelah itu pada tahun 1943-1944, R.E Martadinata pernah juga menjadi seorang guru di SPT.
Setelah menjalani berbagai macam profesi akhirnya R.E Martadinata mendapatkan kesempatan untuk menjadi nahkoda kapal 28 Sakura Naru (1944-1945). Kecintaannya kepada dunia kelautan mengantarkan R.E. Martadinata untuk masuk bergabung dengan ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) pada bulan Agustus 1945.
Pengalaman yang diperoleh dalam zaman Jepang banyak artinya bagi Martadinata dalam tugas-tugasnya sesudah kemerdekaan diproklamasikan. Ketika proklamasi kemerdekaan Indonesia berkumandang Martadinata ditugasi untuk menyebarkan berita proklamasi ke wilayah Lampung.
Di masa presiden Soekarno ia diangkat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Laut (1959 - 1966). Duta Besar RI untuk Pakistan.
R.E Martadinata wafat dalam kecelakaan pesawat helikopter pada 1966.
Raden Dewi Sartika
No Sk 252 Tahun 1966
Tgl Sk 07 Oktober 1966
Prof. DR. W.Z. Johannes
No Sk 06 / TK / 1968
Tgl Sk 27 Maret 1968
Pangeran Antasari
No Sk 06 / TK / 1968
Tgl Sk 27 Maret 1968
Sultan Banjar. Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin, yaitu pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi. Memimpin Kerajaan Banjar melawan Pasukan Belanda.
Antasari adalah keturunan sah penguasa-penguasa Kesultanan Banjar abad XVIII namun ia dibesarkan di luar lingkungan istana. Kericuhan dan perebutan tahta yang terjadi membuat cicit dari Sultan Aminullah ini tersisih. Kakek dari Pangeran Antasari yaitu Pangeran Amir yang seharusnya jadi Sultan dijauhkan dari kekuasaan. Kemudian Pangeran Nata yang merupakan anak dari sultan-sultan sebelumnya menjadi Sultan dan mendapat bala bantuan dari Belanda.
Awalnnya Pangeran Antasari diutus untuk menyelidiki gerakan-gerakan rakyat yang sedang bergejolak. Cita-cita pemberontakan rakyat sangat sesuai dengan Antasari, ia kemudian memperoleh kepercayaan rakyat dan dipilih sebagai pimpinan pemberontakan dan berhasil mengumpulkan 6000 laskar yang berhasil membuat Belanda bersiasat untuk mematahkan perlawanan rakyat, salah satu usahanya adalah menangkap Antasari.
Setelah wafat karena wabah cacar, perjuangan Antasari dilanjutkan oleh rakyat Banjar dan anaknya Sultan Seman. Perjuangan rakyat Banjar Selma 46 tahun (1859-1905) sunguh telah menggoyahkan kedudukan Belanda.
Sersan II KKO. Anm. Janatin Alias Osman
No Sk 050 / TK / 1968
Tgl Sk 17 Oktober 1968
Pejuang pada masa Konfrontasi Indonesia dengan Malaysia. Gugur di Singapura.
Djanatin berasal dari keluarga santri yang taat beragama, dan juga berasal dari keluarga pejuang bangsa yang gigih,
Tri Komando Rakyat (TRIKORA) menjadi panggilan awal Djanatin memasuki dunia militer. Tahun 1962 Djanatin mengikuti pendidikan militer yang diadakan oleh Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL) Ri. Djanatin dipindahkan ke Batalyon III KKO-AL dan menjalankan “Operasi Sadar” di Irian Barat,
Selama Konfrontasi Indonesia-Malaysia dan lahirlah “Dwikora”, Djanatin menjadi sukarelawan bersama Prako II Harun yang masuk dalam Tim Brahmana I dan kemudian bertemu dengan Gani Bin Arup untuk menjalankan operasi militer di Singapura,
Tanggal 9 Maret 1965, sabotase yang dilakukan mereka berhasil dilakukan, dikenal dengan peristiwa Macdonad House Bombing,
Tanggal 13 Maret 1965 Djanatin dan Harun ditangkap, permohonan naik banding sampai permohonan grasi ditolak oleh Singapura, sehingga 17 Oktober 1968 Djanatin dan Harun mendapat hukuman mati.
Kopral KKO. Anm. Harun
No Sk 050 / TK / 1968
Tgl Sk 17 Oktober 1968
Jend. TNI. Basuki Rakhmat
No Sk 01 / TK / 1969
Tgl Sk 9 Januari 1969
Perjuangannya sebagai pejuang di awali dengan bergabungnya di pendidikan prajurit (Renslitdi) ia diangkat sebagai Lecho (pembantu prajurit) batalion Jepang.
Pada tahun 1944 ia masuk pendidikan calon Shodanco (komandan peleton) di Bogor dan kemudian diangkat sebagai Shodanco dari Daidan (batalyon)Tentara PETA di Pacitan.
Setelah PETA dibubarkan, mantan Shodanco Basoeki Rachmat berada di Maospati, Pemuda Basuki melatih pemuda-pemuda Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan diangkat sebagai pimpinannya.
Setelah terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945, Basoeki Rachmat membentuk batalyon TKR di Ngawi.
Pada saat perjuangan pembebasan Irian Barat, Basuki Rachmat diangkat sebagai Panglima Komando Daerah Militer VIII (KODAM VIII/Brawijaya).
Pada tanggal 16 Oktober 1965 dengan pangkat Letnan Jenderal, Basoeki Rachmat ditunjuk sebagai Deputi Khusus (Desus) Pangad merangkap jabatan Pangdam VIII/ Brawijaya.
Pada masa Soekarno Basoeki Rachmatberperan dalam lahirnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Pada masa Soeharto ia menduduki jabatan Mendagri.
Arie Frederik Lasut
No Sk 012 / TK / 1969
Tgl Sk 20 Mei 1969
Arie Frederick Lasut merupakan Kepala dan Pertambangan Geologi RI pertama. Semasa hidupnya ia banyak mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk kemajuan RI. Ia telah memiliki sikap nasionalisme sewaktu kecil.
Ketika Perang Dunia II pecah dan pasukan Jepang sudah hampir menyerang Hindia Belanda, Arie sempat bertempur melawan tentara Jepang di daerah Ciater, Jawa Barat.
Pada zaman pendudukan Jepang, Arie kembali bekerja sebagai ahli pertambangan dan diangkat sebagai asisten geolog pada jawatan Geologi (Tititsutiyo Zaiyi) di Bandung.
Ia benar-benar mengabdikan dirinya sebagai perintis dunia pertambangan. Banyak yang telah dikerjakannya. Ia menyelidiki endapan yarsit di daerah Ciater (Subang). Tambang belerang di Telagabodas, dan lainnya
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan, 17 Agustus 1945, Arie Frederik Lasut mendirikan barisan Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) cabang Bandung
Dalam usaha merealisasi kemerdekaan, Arie pada tanggal 29 September 1945 memimpin pengambil alihan Jawatan Geologi dari tangan Jepang.
Arie Frederik Lasut tidak hanya bergerak dalam bidang geologi secara sempit. la masih tetap memimpin KRIS Cabang Magelang, dan juga menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), bahkan ia duduk menjadi anggota ahli pada delegasi Republik Indonesia dalam perundingan Linggarjati.
Martha Christina Tijahahu
No Sk 012 / TK / 1969
Tgl Sk 20 Mei 1969
Pejuang Kemerdekaan yang unik yaitu seorang puteri remaja yang turut dalam pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura tahun 1817. Meninggal dalam tahanan Belanda.
Martha Christina adalah anak dari Kapiten Paulus Tijahahu orang terpandang di Nusa Laut, Maluku. Para raja, patih, dan kapitan Nusa Laut sejak semula berpendirian tegas, yaitu mengikuti jejak Kapitan Pattimura, yang tidak pernah ketinggalan mempertahankan daerah-daerah lain terhdap serangan Belanda.
Martha selalu menemani ayahnya dalam setiap pertempuran, diantaranya perlawanan di Saparua (1817), perlawanan merebut benteng Beverwijk, dan pertempuran di daerah Ulat dan Ouw.
Pada 12 November 1817, para pemimpin Nusa laut berhasil disergap. Termasuk di dalamnya Martha Christina dan ayahnya yang makin tua. Setelah ditahan dan diperiksa pada 15 November oleh Laksamana Buyskes, Paulus di vonis human mati, dilaksanakan pada 17 November 1817. Martha sendiri termasuk yang mendapat hukuman untuk dibuang ke Jawa. Martha yang merasa hampa akan keperrgian ayahnya menjadi murung. Ia kemudian dinaikkan ke kapal Eversten, dan meninggal, dan bersemayam disekitar Laut Banda.
Maria Walanda Maramis
No Sk 012 / TK / 1969
Tgl Sk 20 Mei 1969
Pendidik dan Penggiat Hak-Hak Perempuan. Sosok pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan.
Maria lahir dari pasangan suami istri yaitu Maramis dan Sarah Rotinsulu, orang tua Maria kemudian meninggal ketika ia berumur 6 tahun. Maria kecil dan kedua saudarnya diasuh ole paman dan bibinya.
Maria adalah seorang yang haus akan pengatahuan, ia sering bertanya-tanya mengapa anak perempuan hanya dibenarkan sekolah sampai Sekolah Dasar saja. Setelah menyelesaikan sekolah para perempuan Minahasa membantu orang tua mereka sampai masanya mereka menikah, begitu pula yang terjadi dengan Maria.
Maria kemudian mendirikan organisasi bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT) pada 8 Juli 1917, dengan tujuan memajukan pendidikan perrempuan Minahasa. Bersama dengan suami, anak, wanita-wanita terkemuka, dan donator organisasi ini. PIKAT mendirikan cabang-cabangnya di Indonesia. Propaganda mengenai cita-cita PIKAT juga dilakukan dengan tulisan-tulisan Maria di surat kabar.
Pada 1919 Maria berhasil memperjaungkan kaum perempuan Minahasa mendapatkan hak suara untuk memilih wakil rakyat di Minahasa Raad.
Supeno
No Sk 039 / TK / 1970
Tgl Sk 13 Juli 1970
Sultan Ageng Tirtajasa
No Sk 045 / TK / 1970
Tgl Sk 01 Agustus 1970
W.R. Supratman
No Sk 016 / TK / 1970
Tgl Sk 20 Mei 1970
Nyai Akhmad Dahlan
No Sk 042 / TK / 1971
Tgl Sk 22 September 1971
Tokoh Emansipasi Perempuan. Tokoh Pembaharu Islam. Pendiri dan Pemimpin Aisyiyah. Berpastiripasi dalam diskusi perang bersama Jenderal Sudirman dan Presiden Sukarno.
Lahir dengan nama Siti Walidah merupakan istri dari pendiri Muhammadiyah dan juga seorang pahlawan nasional K.H. Ahmad Dahlan. Walidah menyertai perjuangan suaminya dalam suka dan duka.
Ia memprakasai berdirinya perkumpulan “Sopo Tresno” pada tahun 1914 untuk wanita Islam, yang mementingkan 3 bidang yaitu dakwah, pendidikan, dan sosial. Sopo Tresno kemudian dilebur menjadii “Aisiyiah” ditahun 1917, Aisiyah menjadi bagian wanita dari Muhammadiyah. Aisiyah berkembang, kemudian menyusul berdirinya perkumpulan untuk remaja puteri islam dengan nama “Nasyiatul Aisiyah”. Dalam bidang sosial Aisiyah mendirikan badan-badan yatim-piatu, fakir miskin, pemberantasan buta hurud dan sebagainya.
Ia juga mendiriikan asrama puterii yang diselenggarkan dirumahnya, ia memberikan pendidikan keimanan, praktek ibadah, sampai berlatih pidato dan dakwah.
Nyai Ahmad Dahlan terus melakukan perjuangannya bahkan setelah suaminya meninggal, ia membina genarasi muda terutama perempuan islam agar tekun, gigih, dan berpendidikan.
KH. Zainal Mustofa
No Sk 064 / TK / 1972
Tgl Sk 06 November 1972
Sultan Hasanuddin
No Sk 087 / TK / 1973
Tgl Sk 06 November 1973
Merupakan Raja Gowa ke 16 yang menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan di Indonesia bagian timur untuk melawan Kompeni (Belanda).
Karena keberaniannya ia dijuluki De Haantjes van Het Osten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan dari Timur
Sultan Hasanuddin sangat keras menentang Belanda, berbagai penjanjian dan tuntutan VOC ditolak oleh Sultan, maka terjadi perlawanan dan pertempuran dengan VOC.
Pada tanggal 7 Juli 1667 terjadi pertempuran besar antara Pasukan VOC yang dipimpin Speelman dengan pasukan Gowa yang dipimpin Sultan Hasanuddin. Pertempuran tersebut berjalan beberapa bulan yang menimbulkan kerugian pada pihak kerajaan Gowa, maka terjadi perjanjian Bongaya yang merupakan perjanjian perdamaian yang ditandatangani pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya antara Kesultanan Gowa yang diwakili oleh Sultan Hasanuddin dan pihak VOC yang diwakili oleh Laksamana Cornelis Speelman . Perjajian ini merugikan kerajaan Gowa dan ditolak oleh Sultan Hasanuddin.
Kapitan Pattimura
No Sk 087 / TK / 1973
Tgl Sk 06 November 1973
Perjuangannya melawan penjajahan Belanda yang masuk ke tanah Maluku untuk menguasai perdagangan rempah-rempah.
Salah satu pertempuran terbesar yang dipimpinnya adalah ketika rakyat Maluku bersatu untuk merebut Benteng Duurstede dari tangan penjajah Belanda, benteng tersebut merupakan benteng Belanda pada abad ke-17.
Seorang pemimpin yang berwibawa dan penuh kharisma. Dalam perlawanannya melawan penjajahan Belanda, Pattimura dikenal cerdik dan mampu menghimpun kekuatan besar rakyat Maluku sehingga mempersulit pergerakan Belanda di Maluku. Bahkan, namanya pun disegani oleh para pemimpin VOC kala itu yang harus memutar otak untuk menghadapi perlawanan rakyat Maluku.
Kapitan Pattimura wafat di gantung oleh Belanda di benteng Victoria pada tahun 1817 yang merupakan Benteng peninggalan Portugis yang diambil alih oleh Belanda dan dipergunakan sebagai pusat pemerintahan, pertahanan, dan pembentukan kekuatan barisan tantara Belanda.
Pangeran Diponegoro
No Sk 087 / TK / 1973
Tgl Sk 06 November 1973
Raden Mas Ontowiryo atau lebih dikenal dengan Pangeran Diponegoro merupakan pemimpin Perang Jawa. Terbesar melawan Belanda (Perang Diponegoro, 1825- 1830).
Selama lima tahun memberontak, sang Pangeran telah membuat Belanda amat repot sekali.
Bersamaan dengan semakin membesarnya pengaruh Belanda dalam masalah-masalah kerajaan, penindasan terhadap rakyat pun semakin meningkat pula. Pemerintah Belanda menyewakan tanah dalam jumlah yang tidak terbatas kepada pengusaha-pengusaha swasta Belanda untuk dijadikan perkebunan-perkebunan.
Tindakan-tindakan pemerintah Belanda itu menimbulkan sikap antipati Pangeran Diponegoro.
Diponegoro ditangkap. Ia dibawa ke utara Magelang dengan joli dan kemudian dipindahkan ke kereta dengan pengawasan kuat.
Pangeran Diponegoro mendapatkan penghargaan tertinggi diberikan Dunia (UNESCO) pada 21 Juni 2013 menetapkan Babad Diponegoro sebagai Memory of the World.
Tuanku Imam Bonjol
No Sk 087 / TK / 1973
Tgl Sk 06 November 1973
Teungku Chik Ditiro
No Sk 087 / TK / 1973
Tgl Sk 06 November 1973
Teuku Umar
No Sk 087 / TK / 1973
Tgl Sk 06 November 1973
Dr. Wahidin Sudirohusodo
No Sk 088 / TK / 1973
Tgl Sk 06 November 1973
R. Otto Iskandardinata
No Sk 088 / TK / 1973
Tgl Sk 06 November 1973
Pejuang Kemerdekaan Indonesia. Anggota BPUPKI dan PPKI. Ketua Paguyuban Pasundan. Pemimpin Surat Kabar Tjahaja (1942-1945), Menteri Negara membantu membentuk BKR. Otto Iskandardinata bekerja sebagai guru HIS di Banjarnegara, Jawa Tengah dan berpindah-pindah hingga ke Pekalongan, Jawa Tengah. Perhatian terhadap pergerakan bangsanya dimulai ketika di HKS, ia sering membaca harian “De Exprees”.
Pada tahun 1925 ia masuk kedalam Budi Utomo dan dipilih menjadi anggota Dewan Kota Pekalongan, ia juga memprakasai berdirinya “Sekolah Kartini” sebelum pindah ke Jakarta. Di Jakarta ia bekerja sebagai guru Muhammadiyah.
Kegiatan politik diteruskannya di Jakarta dengan menjadi anggota dan kemudian menjadi ketua “Paguyuban Pasundan”, kemudian ia menjadi Sekretaris PPPKI, tahun 1930 ia menjadi anggota Volsraad dan dijuluki “Sijalak Harupat” karena keberaniannya. Ia juga memimpin warta harian berbahasa Sunda. Ia bergabung dakam Putera dan diangkat menjadi anggota “Jawa Hokokai” dan juga menjadi anggta “Cuo Sangi In”. Otto Iskandar mengusulkan agar Soekarno dan Hattan menjadi Presiden dan Wakul Presiden dalam sidang PPKI 18 Agustus 1945.
Robert Wolter Mongisidi
No Sk 088 / TK / 1973
Tgl Sk 06 November 1973
Robert Wolter Wonginsidi merupakan seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 17 Juli 1946, Monginsidi dengan Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS) untuk bertempur melawan Belanda.
Robert Wolter Wonginsidi la bertugas sebagai penyelidik, karena mahir berbahasa asing dan mempunyai wajah yang mirip orang Indo-Belanda.
Wolter seringkali memasuki kota Ujung Pandang seorang diri, ia menyamar sebagai anggota tentara Belanda, di tengah jalan Ia menghentikan Jeep tentara Belanda lalu ikut menumpang.
Di tengah jalan Wolter segera menodongkan pistolnya ke arah pengemudi yang dibuatnya tidak berdaya, senjatanya dirampas dan demikian pula mobilnya.
Perjuangan Wolter pun berakhir. Pada tahun 1947 dirinya tertangkap oleh pasukan Belanda dan kemudian dimasukkan ke penjara di Hoogepod Ujung Pandang.
Pada tanggal 26 Maret 1949, Wolter diajukan ke muka pengadilan Kolonial Belanda. Pada akhirnya ia dijatuhi hukuman mati.
Prof. Mohammad Yamin, SH.
No Sk 088 / TK / 1973
Tgl Sk 06 November 1973
Aktifis Kemerdekaan Indonesia. Sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, ahli hukum. Anggota BPUPKI. Menteri Penerangan. Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan. Menteri Kehakiman. Menteri Sosial dan Budaya. Ketua Dewan Perancang Nasional. Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara, dsb.
Mohammad Yamin beraala dari kalangan ulama Minangkabau ayahnya adalah seorang pegawai mantri kopi. Ia menyesaikan sekolahnya di AMS dan melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi dan mandapat gelar Mr (Sarjana Hukum). Saat bersekolah di Sumatera Barat, ia memimpin Jong Soematranen Bond, ia juga memasuki Partai Partindo, dan juga menjadi anggota Volksraad (1938-1942).
Pada tahun 1923 ia mengemukakan gagasannya mengenai bahasa kebangsaan Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu dengan sajak yang ditulisnya yang berjudul “Indonesia, Tanah Tumpah Darah” yang dilanjutkan dalam Kongres Pemuda I yaitu perlunya memiliki bahasa persatuan.
Yamin memiliki kekuatan yang luar biasa membaca, menulis, dan berpidato. Ia menerbitkan banyak buku, diantarnya ken Arok dan Ken Dedes, Gajahmada, Diponegoro, Tan Malaha, Septa Darma, dan Tatanegara Majapahit.
Laksda TNI. Anm. Jos Sudarso
No Sk 088 / TK / 1973
Tgl Sk 06 November 1973
Prof. DR. R. Suharso
No Sk 088 / TK / 1973
Tgl Sk 06 November 1973
Marsdfa TNI. Anm. Prof. DR. Abdurahman Saleh
No Sk 071 / TK / 1974
Tgl Sk 09 November 1974
Merupakan tokoh Awal di Angkatan Udara, Aktivis Kemerdekaan. Pendiri, dan Ketua organisasi Radio Republik Indonesia (RRI), beliau juga banyak membantu dalam hal keuangan dan teknis.
Abdulrachman adalah lulusan GHS Perguruan Tinggi Kedokteran Batavia dan menjadi Bapak Fisiologi Kedokteran Indonesia. Kemudian ia menjadi dosen di NIAS dan UGM.
Ia memiliki berbagai macam hobi yang ditekuninya, seperti olahraga penerbangan di klub Aeroclub, pengalaman yang kelak akan membantu perjuangan bangsa. Selain hobinya terhadap pesawat terbang, ia juga mendirikan pemancar radio gelap dengan nama siaran Radio Indonesia Merdeka kemudian menjadi Radio Republik Indonesia RRI.
Abdulrachman bersama A. Adisucipto meninggal dalam pesawat Dakota VTLCA yang membawa instruktur dan obat milik pengusaha India yang menuju Indonesia, mereka diburu oleh pesawat Kittyhawk Belanda.
Marsda TNI. Anm. Mas Agustinus Adisucipto
No Sk 071 / TK / 1974
Tgl Sk 09 November 1974
Merupakan Bapak Penerbang Republik Indonesia. Tokoh Awal di Angkatan Udara. Pendiri Sekolah Penerbangan di Yogyakarta (15 November 1945) yang menjadi Wakil Kepala Staf yang pertama dengan pangkat Komodor Muda Udara (sejak 9 April 1946). Gugur bersama Abdulrachman Saleh saat menembus blokade udara Belanda (29 Juli 1947).
Ketika revolusi Indonesia dimulai, Adisucipto ditugaskan untuk membantu membangun kekuatan Indonesia di Udara. Adisucipto diangkat menjadi Komondor Muda Udara dengan tugas mengambil alih seluruh perlengkapan, tenaga terbang dan instalasi penerbangan. Di lapangan terbang Maguwo, Yogyakarta, ia menerima tanggung jawab secara resmi sejak tanggal 15 Desember 1945.
Sebagai satu-satunya penerbang bangsa Indonesia yang memiliki Brevet Penerbang Tingkat Atas, maka ia diserahi tugas Pendidikan dengan kewenangan penuh.
Adisucipto tercatat sebagai perintis awal dalam sejarah pendidikan penerbangan di Indonesia. Pada tanggal 1 Desember 1945 didirikan Sekolah Penerbangan yang pertama di Yogyakarta, dengan Adisucipto sebagai kepala sekolahnya.
Teuku Nyak Arief
No Sk 071 / TK / 1974
Tgl Sk 09 November 1974
Nyi Ageng Serang
No Sk 084 / TK / 1974
Tgl Sk 13 Desember 1974
Raden Adjeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi atau biasa dikenal sebagai Nyi Ageng Serang. Salah satu Panglima Perang melawan Kolonial Belanda pada Perang Diponegoro. Penasehat siasat perang Pangeran Diponegroro. Puteri Panembahan Notoprojo. Keturunan Sunan Kalijaga, Nenek moyang Ki Hajar Dewantara.
Kustiyah mewarisi darah juang dan kepahlawanan dari ayah dan leluhirnya. Ia berdarah patriotic, anti penjajah dan anti pengaruh asing yang merugikan. Ia akan berjuang terus untuk membela rakyat, akibatnya ia ditangkap. Namun atas permintaan Sultan Hamengku Buwono II ia diserahkan dan tinggal di kraton Yogyakarta.
Nyi Ageng meminta untuk dikembalikan ke Serang, menikah dan mempunyai anak dan keturunannya. Cucunya yaitu R.M Papak diperintahkan untuk membantu Diponegoro berjuang dengan mengerahkan rakyat bersama pasukan serang.
Atas prakasa Nyi Ageng yang sudah berusia 73 tahun diadakan pasukan khusus yang bertuugas geriliya disebut pasukan “Sesabet”. Siang dan malam ia berpikir dan berisasat untuk kemenangan pasukan Diponegoro. Selendang Nyi Ageng yang dikobarkan dipercaya sebagai pusaka saktii yang mampu mengobarkan semangat rakyat.
H. Rasuna Said
No Sk 084 / TK / 1974
Tgl Sk 13 Desember 1974
H. R. Rasuna Said dikenal sebagai tokoh Pejuang Kemerdekaan Indonesia. Gerakan kegiatan Rasuna Said selaku wanita muda Islam dari tanah Minangkabau merupakan kejanggalan di jaman itu.
Wanita Minang masih banyak sekali terikat kepada adat dan agama, namun Rasuna, dengan segala keberaniannya telah merintis gerak kaum wanita Minangkabau dengan tidak menyalahi adat dan agama.
Pada tahun 1926 Rasuna masuk perkumpulan ”Serikat Rakyat” (SR) dan duduk didalam pengurus sebagai penulis. Kemudian SR menjelma menjadi (PSII) Partai Serikat Islam Indonesia. Disamping itu ia menjadi anggota PERMI (Persatuan Muslimin Indonesia).
Pada tahun 1932 PERMI menyatakan dirinya sebagai partai politik. PERMI berubah arti menjadi ”Partai Muslimin Indonesia” dengan haluan radikal non-koperasi (tidak bekerjasama dengan Pemerintah Hindia Belanda).
Usahanya dalam pendidikan telah menyebabkan rakyat di pedesaan mengenal PERMI dengan Rasuna Said nya.
17 April 1946 Rasunda Said terpilih menjadi Dewan Perwakilan Sumatera (DPS), ada sidang. 4 - 6 Januari 1947 ia menjadi anggota yang mewakili Sumatera untuk duduk di dalam KNI Pusat di Jakarta.
Rasuna dikenal sebagai Anggota DPR RIS dan juga Anggota DPA 1959.
Marsda TNI. Anm. A. Halim Perdanakusuma
No Sk 063 / TK / 1975
Tgl Sk 09 Agustus 1975
Marsma TNI. Anm. R. Iswahyudi
No Sk 063 / TK / 1975
Tgl Sk 09 Agustus 1975
Kol. TNI. Inf. I Gusti Ngurah Rai
No Sk 063 / TK / 1975
Tgl Sk 09 Agustus 1975
Memimpin Perang Puputan Margarana di Bali yang merupakan salah satu pertempuran antara Indonesia dan Belanda dalam masa Perang kemerdekaan Indonesia pada tahun 1946 dimana Pasukan TKR bertempur dengan habis habisan untuk mengusir Pasukan Belanda yang kembali datang setelah kekalahan Jepang.
Waktu Jepang membentuk organisasi kemiliteran, antara lain tentara Pembela Tanah Air (PETA), Ngurah Rai tidak mau memasukinya. Hal itu disebabkan oleh rasa antipatinya terhadap penjajahan Jepang. Kemudian ia menghimpun pemuda-pemuda Bali untuk menyusun kekuatan menentang Jepang dan melakukan gerakan bawah tanah yang diberinya nama “Gerakan Anti Fasis” (GAF).
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, ia menghimpun kekuatan para pemuda untuk melakukan usaha-usaha merebut kantor-kantor pemerintahan dari tangan Jepang.
Ia secara terus-menerus memberikan semangat kepada prajuritnya untuk tetap berperang melawan Belanda setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia agar Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sunda Kecil tidak jatuh ke tangan penjajah.
Supriyadi
No Sk 063 / TK / 1975
Tgl Sk 09 Agustus 1975
Sultan Agung Anyokrokusumo
No Sk 106 / TK / 1975
Tgl Sk 03 November 1975
Untung Suropati
No Sk 106 / TK / 1975
Tgl Sk 4 November 1975
Tengku Amir Hamzah
No Sk 106 / TK / 1975
Tgl Sk 5 November 1975
Sultan Thaha Syaifudin
No Sk 079 / TK / 1977
Tgl Sk 24 Oktober 1977
Sultan Mahmud Badaruddin II
No Sk 063 / TK / 1984
Tgl Sk 29 Oktober 1984
Dr. Ir. Soekarno
No Sk 081 / TK / 1986
Tgl Sk 23 Oktober 1986
Drs. H. Moh. Hatta
No Sk 081 / TK / 1986
Tgl Sk 23 Oktober 1986
Sewaktu di Belanda tahun 1926 Hatta menjadi pimpinan Perhimpunan Indonesia dan dipercaya menjadi bendahara merangkap anggota Dewan Redaksi Majalah Hindia Putera (Indonesia Merdeka).
Pada tahun 1927 dalam Kongres Liga di Brussel, Hatta menguraikan “Liga Menentang Kolonialisme”.
Pada tahun 1931, atas saran Hatta, Golongan Merdeka mendirikan partai baru yaitu partai Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru) yang berhaluan nonkooperasi.
Pada tahun 1932-1941 Hatta bersama tokoh politik lainnya dibuang ke Digul, Irian dan kemudian dipindahkan ke Banda Naira dan pada tahun 1942 sesudah Jepang berkuasa, mereka dibebaskan.
R.P. Soeroso
No Sk 082 / TK / 1986
Tgl Sk 23 Oktober 1986
Raden Pandji Soeroso dapat dikatakan berpikiran maju dan pemberani. Sejak usia 15 tahun ia telah bergabung dalam perkumpulan Boedi Oetomo.
Pada tahun 1915 Ia diangkat menjadi Presiden Serikat Islam Probolinggo dan Krakasan. Gerakan yang dipimpin oleh Raden Pandji Soeroso ini menitikberatkan pada perbaikan ekonomi rakyat. Dalam tahun 1917 dipilih menjadi anggota gemeenterad Probolinggo. Ia termasuk pendiri Organisasi Kepegawaian yang pada waktu itu bernama Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri (P.V.P.N.).
Di masa Pergerakan Nasional hingga Pendudukan Jepang, 1942, Ia menjadi anggota Volksraad. Dirinyalah yang pertama kali berpidato dalam sidang Volksraad yang mengkritik beleid Pemerintah Hindia-Belanda dan menolak diadakannya pajak Landrente di Sumatera Barat.
Pada masa Jepang, R.P. Soeroso pun tak lepas dari kegiatan-kegiatan perjuangan. Ia pernah menjadi ketua Putera daerah Malang dan duduk dalam Pusat barisan Pelopor di Jakarta, menjadi Ketua Hokokai sebagai pengganti Putera dan menjadi anggota Tjuo Sangi-ln di Jakarta.
Setelah Indonesia merdeka, R.P. Soeroso tetap menjadi pejuang melalui berbagai jabatan yang dipercayakan kepadanya. Ia pernah menjabat Gubenur Jawa Tengah, Anggota KNIP Pusat. Tahun 1946 Ia diangkat sebagai Komisaris Tinggi untuk daerah Solo dan Yogyakarta. Dari masa kabinet Moh. Nasir hingga tahun 1956 Ia menduduki beberapa Jabatan Menteri seperti Menteri Perburuhan, Menteri Urusan Pegawai, Kemudian Menteri Sosial dan Menteri Pekerjaan Umum. Ia juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia.
Radin Inten II
No Sk 082 / TK / 1986
Tgl Sk 23 Oktober 1986
Radin Inten II merupakan raja di Negara Ratu (sekarang Provinsi Lampung), masih keturunan Fatahillah (Sunan Gunung Jati).
Selama beberapa tahun Radin Inten II melakukan perlawanan bersenjata terhadap Belanda yang berusaha menguasai seluruh wilayah Lampung.
Pada tahun 1851 Belanda mengirim pasukan dari Batavia. Pasukan yang dikomandoi oleh Kapten Jucht dengan kekuatan 400 prajurit ini bertugas merebut benteng Merambung. Akan tetapi, mereka dipukuli mundur oleh pasukanRadin Inten II.
Gagal merebut Merambung, Belanda mengubah taktik.Kapten Kohler, Asisten Residen Belanda di Teluk Betung, ditugasi untuk mengadakan perundingan dengan Radin Inten II. Di samping itu Belanda juga menerapkan politik devide et impera-nya terhadap masyarakat Lampung agar terpecah belah.
Sampai bulan Oktober 1856 sudah dua setengah bulan Belanda melancarkan operasi militer. Satu demi satu benteng pertahanan Radin Inten II sudah mereka duduki. Namun, Radin Inten II masih belum tertangkap.
Raden Inten II tewas karena pengkhianatan yang dilakukan oleh orang sebangsanya dalam usia sangat muda, 22 tahun.
Pangeran Sambernyowo ( KGPAA Mangkunegoro I )
No Sk 048 / TK / 1988
Tgl Sk 17 Agustus 1988
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I atau lebih dikenal dengan Pangeran Sambernyawa. Julukan Pangeran Sambernyawa diberikan VOC, karena dalam setiap peperangan selalu membawa kematian bagi lawannya merupakan Praja Mangkunegaran, Pendiri Istana Mangkunegaran.
Pangeran Sambarnyawa memimpin perjuangan melawan penjajah Belanda di Jawa Tengah. Dikenal dekat dengan rakyat. Perjuangan Raden Mas Said menentang kekuasaan Belanda tidak dapat dipisahkan dari kericuhan yang terjadi di Kerajaan Mataram pada pertengahan abad ke 18.
Sejak awal abad itu beberapa daerah Mataram sudah dikuasai secara langsung oleh Belanda. Selain itu Belanda berhasil pula mencampuri masalah intern kerajaan seperti pengangkatan Raja dan pejabat tinggi lainya.
Kesempatan untuk melawan Belanda terbuka ketika pada tahun 1740 di Kartosuro terjadi perlawanan rakyat terhadap Belanda.
Untuk melawan Pangeran Sambarnyawa Belanda melakukan politik adu domba. Ia terpaksa menghadapi pasukan Surokarto dan Ngayogyakarto yang didukung oleh pasukan Belanda.
Akhirnya perjuangan berakhir dengan ditandatangani perjanjian salatiga.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX
No Sk 053 / TK / 1990
Tgl Sk 30 Juli 1990
Sultan Iskandar Muda
No Sk 077 / TK / 1993
Tgl Sk 14 September 1993
I Gusti Ketut Jelantik
No Sk 077 / TK / 1993
Tgl Sk 14 September 1993
Frans Kaisiepo
No Sk 077 / TK / 1993
Tgl Sk 14 September 1993
Silas Papare
No Sk 077 / TK / 1993
Tgl Sk 14 September 1993
Marthen Indey
No Sk 077 / TK / 1993
Tgl Sk 14 September 1993
Aktifis Kemerdekaan Indonesia yang membantu Pembentukan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), khususnya Pembebasan Papua dari Penjajah Belanda.
Sebagai anggota Polisi hindia Bellanda Marthen Indey pernah ditugaskan mengawasi para Digulis di Tanah Merah (Digul). Di sini ia mendapatkan pengaruh nasionalisme.
Pada tahun 1944, ia kembali ke Papua bersama pasukan sekutu dan mendapat tugas melatih Anggota Batalyon Papua yang dibentuk Sekutu untuk menghadapi Jepang. Secara sembunyi-sembunyi ia bergabung dengan kelompok Sugoro (bekas Dugulis).
Pada 1946 Indey menjadi Anggota dan Ketua Komite Indonesia Merdeka (KIM). KIM berubah menjadi Partai Indonesia Merdeka (PIM).
Sesudah tahun 1950 Indey melakukan Gerakan bawah tanah bersama J Teppy, pada Januari 1962 ia menyusun kekuatan geriliya sambal menanti kedatangan pasukan Indonesia yang akan tiba di Irian Jaya dalam rangka Trikora.
Selama 1963-1968 Indey duduk sebagai Anggota MPRS mewakili Irian Jaya, ia juga diangkat menjadi Mayor Trituler Marthen Indey.
Nuku Muhammad Amiruddin
No Sk 071 / TK / 1995
Tgl Sk 7 Agustus 1995
Kaicil Nuku memiliki gelar Sultan Said’ul Jehad Muhammad el Mabus Amirudin Syah Kaicil Paparangan yang merupakan seorang sultan dari Kesultanan Tidore. Sultan (Raja) ke 30 di Kerajaan Tidore (Kesultanan Tidore), dan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada saat diperintah Sultan Nuku. Beliau sekaligus sebagai Jou Barakati (Panglima Perang) yang memimpin Pertempuran laut maupun darat melawan Pasukan Kolonial Belanda, dengan cita-cita membebaskan seluruh kepulauan Maluku Utara (Maloko Kie Raha) dari penjajah bangsa asing.
Nuku menggalang kekuatan dengan mempersatukan kerajaan-kerajaan kecil di daerah sekitar Seram dan Papua (Irian Jaya). Perjuangan Nuku berawal dari kasus suksesi kekuasaan di kerajaan Tidore, karena masuknya campur tangan VOC telah melahirkan peperangan beraroma perlawanan rakyat terhadap kekuasaan Pemerintah Kolonial.
Dalam riwayat politiknya, Ia tidak pernah secara langsung menandatangani perjanjian penyerahan kekuasaan baik kepada VOC maupun Pemerintah Hindia Belanda hingga ia wafat fi tahun 1805.
Nuku berperan dalam menggalang kebersamaan di wilayah Seram dan IrianJaya hingga tuntutan kedaulatan RI atas wilayah tersebut didukung oleh makna kebersamaan sejarah dalam melawan penjajah.
Tuanku Tambusai
No Sk 071 / TK / 1995
Tgl Sk 7 Agustus 1995
Syekh Yusuf Tajul Khalwati
No Sk 071 / TK / 1995
Tgl Sk 7 Agustus 1995
Hj. Fatimah Siti Hartinah Suharto
No Sk 060 / TK / 1996
Tgl Sk 30 Juli 1996
Raja Haji Fisabilillah
No Sk 072 / TK / 1997
Tgl Sk 11 Agustus 1997
Raja Haji Fisabililah adalah Raja Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga-Johor-Pahang IV, ia terkenal dalam melawan pemerintahan Belanda dan berhasil membangun pulau Biram Dewa di sungai Riau.
Raja Haji sudah terlibat dalam pertempuran dengan pihak Belanda pada Perang Linggi tahun 1756-1758. Perang tersebut meletus sebagai reaksi usaha Belanda meluaskan kekuasaannya di Riau. Pada pertempuran tersebut, Raja Haji terluka. Namun pada pertempuran selanjutnya, pasukan gabungan dari Linggi, Selangor, Remban, Kelang dan Siak dapat mengepung Kota Malaka sehingga satu persatu tempat-tempat kekuasaan Belanda di sekitar Malaka berhasil dikuasai dan diduduki.
Ia berperang melawan Belanda dalam peperangan hebat di Teluk Ketapang (Malaka) pada tahun 1784 yang mana Raja Haji sendirilah yang memimpin.
Ia Gugur pada saat melakukan penyerangan pangkalan maritim Belanda di Teluk Ketapang (Melaka) pada tahun 1784.
H. Adam Malik
No Sk 107 / TK / 1998
Tgl Sk 6 November 1998
Ia merupakan seorang Wartawan, Aktivis Kemerdekaan, Wakil Presiden Indonesia, Wakil Perdana Menteri, Ketua Majelis Umum PBB, Menteri beberapa Departemen dan Pelopor berdirinya Kantor Berita Antara.
Karir perjuangan Adam Malik dimulai sejak di kampung halamannya dengan masuk sebagai anggota kepanduan Hisbul Wathan milik Muhammaditah di Pematang Siantar sebagai Ketua Partai Indonesia (Partindo) dengan basis masa berasal dari sopir-sopir. Ia kemudain ke Batavia dan bergabung menjadi eksponen Organisasi PARI (Partai Republik Indonesia) yang sempat membuatnya masuk penjara.
Pada tanggal 13 Desember 1937, ia bersama Pandu Kartawiguna dan kawan-kawan mendirikan Lembaga Kantor Berita “Antara”.
Adam Malik juga masuk dalam organisasi Persatuan Perjuangan (PP), kemudian ia mendirikan Partai MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak) dan membentuk Badan Pendukung Soekarnoisme (BPS).
Pada tahun 1962, ia berperan menonjol sebagai delegasi dalam proses perindungan Indonesia-Belanda mengenai Irian Barat.dan juga pernah menjadi Ketua Sidang Umum PBB ke 26 Tahun 1971-1972.
Ketika menjadi Menteri Luar Negeri, ia membawa politik luar negeri “Bebas Aktif”.
Tjilik Riwut
No Sk 108 / TK / 1998
Tgl Sk 6 November 1998
La Maddukelleng
No Sk 109 / TK / 1998
Tgl Sk 6 November 1998
Raja Pasir dari Kesultanan Pasir. Raja Wajo (Arung Matowa Wajo XXXIV) di Kerajaan Wajo. Memimpin pasukan dari suku Bugis, Pasir, Kutai, Makassar serta Bugis-Pagatan, untuk melawan Belanda.
Perjuangannya dimulai ketika membantu pasukan Daeng Parani, Daeng Marewa dan Haji Sore melawan Johor pada tahun 1715-1721. La Maddukelleng mengirim pasukan yang dipimpin oleh La Banna To Assak, peperangan ini dimenangkan oleh pihak Daeng Parani.
Pada 1726 La Maddukelleng diangkat menjadi Sultan Pasir dan pada tahun ini juga ia memerintahkan kepada La Banna To Assak untuk menyerang Maraddia Balapina yang pro dengan Belanda. Misi ini berhasil memperoleh kemenangan. Dilanjutkan dengan pasukannya menuju Gowa dan menembaki Benteng Ujung Pandang tempat persembunyian Belanda yang kemudian lari mengundurkan diri.
Terjadi bebarapa kali penolakan untuk menyatakan persaudaraan antara Wajo dengan VOC dari La Maddukelleng kepada VOC. Pada bulan Febuari 1741 terdepat peperangan sengit dalam waktu yang cukup lama antara Wajo dengan Belanda, namun pasukan VOC (Smout) dapat dipukul mundur oleh pasukan Wajo (La Maddukelleng).
Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syarifuddin
No Sk 109 / TK / 1998
Tgl Sk 6 November 1998
H. Ilyas Yacoub
No Sk 074 / TK / 1999
Tgl Sk 13 Agustus 1999
Prof. Dr. Hazairin, SH.
No Sk 074 / TK / 1999
Tgl Sk 13 Agustus 1999
Abdul Kadir Gelar Raden Tumenggung Setia Pahlawan
No Sk 114 / TK / 1999
Tgl Sk 13 Oktober 1999
Sejak muda telah mengabdi sebagai pegawai kerajaan SIntang. Abdul Kadir mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan kemudian diangkat menjadi Kepala Pemerintahan Melawi menggantikan ayahnya. Ia kemudian mendapatkan gelar Raden Tumenggung yang diberikan oleh Raja Sintang.
Ketika menjadi Kepala Pemerintahan Melawi, ia berperang melawan Pasukan Kolonial Belanda. Berhasil mengembangkan potensi perekonomian wilayah Melawi dan mempersatukan Suku Dayak dengan Melayu.
Selama tujuh tahun (1868-1875) ia mengunakan strategi peran ganda, yaitu setia kepada Raja Sintang dan pemerintah Belanda namun secara diam-diam menghimpun kekuatan rakyat dan membentuk kesatuan bersenjata di daerah Melawi dan sekitarnya untuk menghadapi pasukan Belanda. Namun, akhirnya pemerintah Belanda mengetahuinya dan kemudian menyerang ke Pusat Perlawanan. Raden Temenggung ditangkap.
Pada tahun 1866, Belanda memberikan hadiah uang dan gelar Setia Pahlawan dengan maksud agar Abdul Kadir mau bekerja sama , namun hal tersebut tidak berhasil untuk mengubah sikap anti Belandanya.
Sistem perlawanan Raden Temenggung telah menjadi model perlawanan rakyat terhadap Belanda di SIntang hingga tahun 1913.
Hj. Fatmawati Soekarno
No Sk 118 / TK / 2000
Tgl Sk 4 November 2000
Ranggong Daeng Romo
No Sk 109 / TK / 2001
Tgl Sk 3 November 2001
Ranggong Daeng Romo adalah seorang pejuang gerilya asal Sulawesi Selatan. Pada tanggal 16 Oktober 1945, dibentuk organisasi Angkatan Muda Bajeng di bawah pimpinan Ranggong Daeng Romo, untuk mengibarkan jiwa dansemangat perjuangan menentang Belanda.
Pada tanggal 5 Desember 1945, Ranggong Daeng Romo diangkat menjadi Komandan Barisan Gerakan Muda Bajeng, yang kegiatannya tidak hanya pada bidang kemiliteran tetapi juga di bidang pemerintahan, dalam usaha mempertahankan kemerdekaan, Gerakan Muda Bajeng beberapa kali mengalami bentrokan senjata dengan Belanda.
Tanggal 2 April 1946 Gerakan Muda Bajeng diubah menjadi Laskar Lipan Bajeng dan Ranggong Daeng Romo diangkat menjadi pimpinan tertinggi.
Tanggal 17 Juli 1946 terbentuklah Laskar Pemberontakan Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS). Ranggong Daeng Romo menjadi panglima.
Tanggal 8 Agustus 1946, pasukan tersebut berhasil mempertahankan markas besar LAPRIS di Rannaya Palembangkung dengan gagah berani, penuh kesatria dan akhirnya dapat dipukul mundur.
Ranggong Daeng Romo tewas dalam perlawanan mempertahankan daerah dari serangan pasukan Belanda.
Brigjen TNI (Purn) H. Hasan Basry
No Sk 110 / TK / 2001
Tgl Sk 3 November 2001
Jend. Besar TNI. Kehormatan A.H. Nasution
No Sk 073 / TK / 2002
Tgl Sk 6 November 2002
Nasution merupakan peletak dasar sistem gerilya pada masa revolusi mempertahankan kemerdekaan melawan Belanda
Setelah lulus dari AMS pada 1938, Abdul Haris Nasution berhenti mengajar dan masuk Akademi Militer di Bandung, Ia kemudian diangkat menjadi Komandan Divisi I Siliwangi Bandung. Ia juga pernah menjadi Wakil Panglima Besar, Paglima Komando Jawa, dan diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Nasution merupakan salah satu dari 7 Jendral yang akan diculik dalam G30S, ia berhasil lolos namun putrinya Ade Irma Suryani tertembak dan meninggal dalam peristiwa tersebut,
Pada tahun 1966 Nasution menduduki jabatan baru sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), ia kemudian mengesahkan beberapa ketetapan penting, seperti pelarangan Marxisme-Leninisme, pembatalan pengangkatan Soekarno sebagai presiden seumur hidup, dan keputusan untuk mengadakan pemilihan umum pada Juli 1968.
Nasution juga menulis buku tentang Dasar-dasar Perang Gerilya, kemudian menjadi buku tentang Gerilya yang paling sering dikaji, di samping buku Mao Zedong tentang masalah yang sama.
Jend. TNI. Keh. GPH. Djatikusumo
No Sk 073 / TK / 2002
Tgl Sk 6 November 2002
Andi Djemma
No Sk 073 / TK / 2002
Tgl Sk 6 November 2002
Raja (Datu) Luwu. Aktivis Kemerdekaan, memimpin Perlawanan Semesta Rakyat Luwu terhadap Belanda selama Revolusi Nasional.
Sulewatang (kepala distrik) Ngapa pada tahun 1919. Empat tahun kemudian ia dipindahkan ke daerah Ware, juga sebagai Sulewatang. Sementara itu, ia pun ditetapkan sebagai wakil Datu Luwu.
Ibunda Andi Djemma, Andi Kambo adalah seorang raja (datu) Palopo yang merupakan ibu kota kerajaan Luwu. Ketika ibunya meninggal dunia pada tahun 1935, Andi Djemma diangkat sebagai Datu Luwu.
Memprakarsai pembentukan organisasi Soekarno Muda (SM) pada tanggal 2 September 1945 untuk melakukan gerakan merebut senjata Jepang di Palopo. Andi Djemma menyatakan bahwa daerah Luwu adalah bagian dari NKRI. Ia juga menegaskan bahwa Pemerintah Luwu menolak kerja sama dengan aparat NICA.
Pong Tiku Alias Ne Baso
No Sk 073 / TK / 2002
Tgl Sk 6 November 2002
Pong Tiku merupakan bangsawan Toraja dan panglima perang di Tana Toraja dan Toraja Utara dalam perlawanan terhadap Penjajah Belanda.
Setelah menaklukan kerajaan Bone, pada tahun 1905 Belanda melanjutkan operasi-operasi militernya ke kerajaan-kerajaan lain. Satu persatu kerajaan ini mereka taklukkan, termasuk kerajaan Luwu dengan ibu kotanya Palopo. Tana Toraja pun merupakan sasaran untuk dikuasai.
Operasi militer Belanda untuk menduduki Tana Toraja dimulai dari Palopo. Pada akhir bulan Maret 1906 Belanda mengirim surat kepada Pong Tiku meminta agar ia datang ke Rantepao. Pong Tiku menolak dengan tegas. Permintaan kedua yang disampaikan Belanda pada pertengahan April 1906, juga ditolaknya.
Dua kali Pong Tiku menolak untuk datang ke Rantepao, Belanda memutuskan untuk melancarkan serangan ke benteng-benteng pertahanan Pong Tiku.
Pertempuan sengit antara Pong Tiku dan Belanda tidak terelakkan. Satu per satu benteng pertahanan Pong Tiku dikuasai oleh Belanda. Pong Tiku dan pasukannya terdesak. Ia berhasil menyelamatkan diri dari kejaran Belanda. namun, tak berlangsung lama ia segera ditangkap dipersembunyiannya. Pada 30 Juuni 1907 ia dijatuhi hukuman mati.
Prof. MR. RH. Iwa Kusuma Sumantri
No Sk 073 / TK / 2002
Tgl Sk 6 November 2002
Tahun 1927 Iwa kembali ke Indonesia, Iwa membuka kantor pengacara di Medan dan menerbitkan surat kabar Mata Hari Indonesia yang sering memuat tulisan mengkritik dan menentang Belanda, akibatnya Iwa kemudian dibuang ke Banda dan selanjutnya ke Makassar
Pada tahun 1944 Iwa kembali ke Jakarta dan membuka praktik sebagai pengacara, dan kemudian pindah ke Medan. Iwa terkenal sebagai pengacara yang banyak membantu kepentingan rakyat, terutama para buruh perkebunan di Deli,
Setelah Indonesia merdeka, Iwa diangkat menjadi Menteri Sosial dan Perburuhan pada Kabinet RI pertama. kemudian pada masa Kabinet Ali Wongso yang dibentuk pada tahun 1953, Iwa diangkat menjadi Menteri Pertahanan yang berasal dari kalangan sipil
Iwa menjadi Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Ia juga menjadi anggota Dewan Nasional. Pada tahun 1958 Iwa diangkat menjadi Rektor Pertama UNPAD kemudian tahun 1961 menjadi Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan.
Terakhir Iwa diangkat menjadi Menteri negara pada 1962, dan berakhir sampai tahun 1966.
Hi. Nani Wartabone
No Sk 085 / TK / 2003
Tgl Sk 6 Nppember 2003
Pejuang Kemerdekaan Indonesia. Kepala pemerintahan di Gorontalo, Kepala Daerah Sulawesi Utara. Anggota MPRS, Anggota DPRGR, Anggota Dewan Perancang Nasional, Anggota DPA.
Hi Nani Wartabone memulai perjuangan sejak tahun 1923 ketika mendirikan dan menjadi Sekretaris “Jong Gorontalo” di Surabaya. Ia juga menjadi Ketua PNI Cabang Gorontalo. Pada bulan Juli 1931 ia memipin rapat PNI dan berani melawan pihak kolonial yang ingin membubarkan rapat tersebut dengan mendemontrasikan lagu “Indonesia Raya”. Pada 1941 ia membentuk organisasi rahasia Komite 12 untuk menghadapi perang Pasifik. Kemudian 23 Januari 1942 ia memimpin pemberontakan dan memproklamasikan Gorontalo merdeka sebelum Jepang tiba.
Tahun 1943 ia ditangkap dengan tuduhan menyiapan pemberontakkan dan dibebaskan setelah jatuhnya PM Tojo. Pada 16 Agustus setelah Jepang menyerahkan pemerintahan kepadanya ia mengadakan upacara kenaikan kembali “Sang Saka Merah Putih”. Pada 28 Agustus 1945 ia berhasil menguasai Telekomunikasi Radio Jepang, dan membentuk Dewan Nasional. Ia dipenjara selama 15 tahun dan dibebaskan dengan syarat tidak boleh memasuki Indonesia Timur.Tahun 1958 ia memimpin penumpasan terhadap pemberontak Permesta di Gorontalo.
Maskoen Soemadiredja
No Sk 089 / TK / 2004
Tgl Sk 5 November 2004
Aktifis Kemerdekaan Indonesia, Politisi.
Maskoen adalah putra dari Raden Umar Soemadiredja dan Nyi Raden Umi, dari Bandung, Jawa Barat.
Karier politik diawali pada bulan Oktober 1927 disaat berusia 20 tahun telah menjadi anggota PNI. Maskoen menumpang tinggal di rumah Soekarno yang berpengaruh terhadap dirinya menjadi seorang propagandais partai yang cekatan.
Pada tahun 1928 ia menjabat sebagai Resort Commisaris Cabang Bandung dan Sekretaris II PNI Bandung.
Maskoen sempat dipenjara, kemudian akhir tahun 1930 ia dibebeaskan dan menggabungkan diri dengan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru). Tanggal 24 Febuari 1934 Maskoen dan pimpinan pusat PNI Baru dipenjadi di Penjara Sukamiskin, dan kemudian pada tahun 1935 dibuang ke Boven Digul, Papua. Tahun 1942, ia kemudian mendirikan Organisasi Serikat Indonesia Baru. Maskoen bekerja menjadi Kepala Biro Politik di Dapartemen Dalam Negeri.
Pada tahun 1955, ia mendirikan dan menjadi ketua Perintis Kemerdekaan. Ia juga tercatat dalam kepanitiaan PERAN, Panitia Keamanan, Pakem Kesejahteraan Agung, Panitia Kotum Haji, Badan Pembina Pahlawan Pusat, Anggota Tim P-7 Penasehat Presiden.
Andi Mapanyuki
No Sk 089 / TK / 2004
Tgl Sk 5 November 2004
Pejuang Kemerdekaan, memimpin perlawanan terhadap Belanda. Ayah dari Andi Abdul lah Bau Massepe (juga Pahlawan Nasional.
Andi diangkat menjadi Datu Suppa saat berumur 16 tahun, kemudian pad atahun 1905 saat terjadi perang Gowa dengan Belanda ia diangkat menjadi Letnan Tentara Kerajaan Gowa dan mengunakan taktik geriliya, Belanda sering memberikan penawaran, namun Andi selalu menolak tawaran tersebut. Andi juga pernah ditawan bersama pasukannya kemudian dibebaskan pada tahun 1909.
Pada 2 April 1931 melalui siding Ade Pitue dengan hasil mufakat memilih Andi Mappanyuki sebagai Raja Bone ke-XXXII dengan gelar Sultan Ibrahim.
Pada periode 1945-1950, Andi mengorbankan jiwa raga dan hartanya sebagai bangsawan tinggi untuk memimpin raja-raja di Sulawesi Selatan untuk Bersatu dan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tahun 1950.
Jiwa dan nafas perjuangan rakyat di Sulawesi Selatan ada pada Andi Mappanyuki dan mendapat gelar lengkap Haji Andi Mappanyuki Sultan Matinroweri Jongaya.
Raja Ali Haji
No Sk 089 / TK / 2004
Tgl Sk 5 November 2004
Raja Ali Haji adalah ulama, sejarawan dan pujangga abad 19 keturunan Bugis dan Melayu. Ia adalah tokoh penting di dalam budaya dan kesustraan Melayu.
Sekitar tahun 1840 Raja Ali Haji mulai aktif sebagai pengarang dan sebagai cendikiawan terkemuka pada zamannya. Ia banyak melahirkan karya yang beragam dibidangnya seperti bahasa, agama, hukum pemerintahan dan syair-syair naratif.
Buku-buku yang dikarangnya dalam bidang bahasa meliputi sebuah kamus monolingual ensiklopedia berjudul kitab pengetahuan bahasa dan tata ejaan untuk menuliskan huruf Arab Melayu.
Raja Ali Haji merupakan pelopor perkamusan monolingual Melayu karena karyanya Kitab Pengetahuan Bahasa dinilai merupakan suatu karya yang luar biasa.
Hampir semua karyanya mengungkapkan kecintaan sang pengarang kepada kehidupan, tanah air dan bangsa serta semangat menentang penjajah.
Raja Ali Haji patut disebut sebagai Bapak Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia yang memiliki peranan yang besar dalam meletakkan dasardasar terbentuknya Bahasa Indonesia yang kini merupakan bahasa persatuan.
KH. Akhmad Rifai
No Sk 089 / TK / 2004
Tgl Sk 5 November 2004
Ahmad Rifai adalah pemikir Islam dan Penulis terkenal karena sikap anti penjajah Belanda. Ia belajar agama dengan kakak iparnya Kyai Asyari ulama dan pendiri Pondok Pesantren Kaliwungu. Saat muda ia keliling dan menyampaikan masalah agama, sosial masyarakat, pemahaman terhadap kemerdekaan dan anti kolonial. Rifai kemudian dipenjara dan pada 1810 ia keluar dan menunaikan ibadah haji kemudian bermukim dan selama 20 tahun belajar agama.
Tahun 1836 ia kembali ke tanah air dan menjadi ustad di pondok peantren Kaluwungu, Tahun 1823 dikucilkan dan ditempatkan di kalisalak, Batang, Jawa Tengah. Di Kalisalak ia dengan nyaman melaksanakan pengajaran dan mengkader santrinya dengan mendirikan pesantren sendiri. Ia juga menulis beberapa kitab denga tulisan pegon, lebih dari 60 buku/kitab yang merupakan gabungan ilmu-ilmu agama.
Ia berdakwah dan mengobarkan melalui syair-syair semangat anti penjajah. K.H. Ahmad Rifai juga memplopori gerakan sosial keagamaan Jamaah Rifaiyah Tarjumah di Pekalongan, mendirikan Lembaga Pendidikan, ia kemudian di asingkan ke Manado hingga akhir hayatnya.
Gatot Mangkupradja
No Sk 089 / TK / 2004
Tgl Sk 5 November 2004
Ismail Marzuki
No Sk 089 / TK / 2004
Tgl Sk 5 November 2004
Kiras Bangun ( Garamata )
No Sk 082 / TK / 2005
Tgl Sk 7 November 2005
Pemimpin Gerilya yang menggalang kekuatan lintas agama di Sumatera Utara dan Aceh untuk menentang penjajahan Belanda.
Kiras Bangun merupakan tokoh karismatik Karo yang juga popular dengan sebutan Garamata, yang merupakan kepala Kampung Batukarang yang menjadi juru damai dalam menyelesaikan sengketa kampung atau antarmarga, dan juga antara orang Karo dan Aceh.
Antipati terhadap Belanda sudah dilakukan oleh Kiras dan pasukannya dalam perang Sunggal (1871-1895).
Berbagai upaya Belnda untuk membuka lahan tanah Karo dengan cara mendekati Kiras selalu gagal, tawaran mengenai jabatan sampai harta selalu ditolak oleh Kiras, sampai pada peristiwa pengusiran pendeta Guillame yang terpengaruh Belanda menjadi puncak permusuhan dengan Belanda.
Setelah melalukan banyak perlawanan, Kiras dan jeluarganya diasingkan di Riuang, tahun 1909 ia kembali ke Batukarang dan melakukan perjuangan sosial dan beraptisipasi dalam Gerakan melawan Belanda.
Bagindo Azischan
No Sk 082 / TK / 2005
Tgl Sk 7 November 2005
Sejak sekolah di AMS, Bagindo Azizchan sudah tertarik dengan pertemuan diskusi yang membahas nasionalisme, modernisasi dan Islam Indonesia, bahkan ia juga seringmenjadi pembicara mengenai tersebut.
Pemikiran-pemikirannya banyak dipengaruhi oleh pemikiran KH. Agus Salim.
Tahun 1934 Azizchan kembali ke Padang, ia belum banyak melakukan aktivitas politiknya. Selama itu ia mengajar di Moderne Islamische Kweek School.
Pada 1935 ia mengajar di Islamic College, kemudian bersama teman-temannya mendirikan Lembaga Pendidikan Pergerakan Umum bagi rakyat dari tingkat tinggi sampai rendah dengan nama Volks Universalitir. Dan atas anjuran Azizchan pula dibentuk Persatuan Pelajar Islam se-Kota Padang dan perkumpulan olah raga.
Di bulan November 1945 Bagindo Azizchan terpilih sebagai salah seorang utusan PRI (Pemuda Republik Indonesia) untuk menghadiri Kongres Pemuda Indonesia di Yogyakarta. Setelah kembali ke Padang Azizchan membentuk organisasi Pemuda Muslim Indonesia.
Azizchan juga berperan dalam melawan Belanda tatkala dilancarkannya operasi militer di Gunung Pengilir.
Meninggal setelah terlibat dalam sebuah pertempuran melawan Belanda.
Andi Abdullah Bau Massepe
No Sk 082 /TK / 2005
Tgl Sk 7 November 2005
Panglima pertama TRI Divisi Hasanuddin.
Pewaris tahta Kerajaan Bone, Gowa, Suppa, Allita, Sidenreng Rappang dan Sawito. Putra dari Andi Mappanyukki (juga Pahlawan Nasional). Memiliki sikap kerakyatan dan demokratis yang mampu berbaur dengan baik bersama rakyat biasa.
Ketua Umum dari organisasi Badan Penunjang Republik Indonesia (BPRI), dan juga menjadi pimpinan KNI yang berubah Namanya menjadi Pusat Keselamatan Rakyat Sementara (PKRS) tahun 1945 di Pare-pare.
Dalam perjuangan Andi menempuh jalur politik dan militer. Dalam bidang politik melalui Keselamatan Rakyat Sulawesi yang bertugas memlihara keamanan rakyat, melakukan pertemuan dengan kelompok perlawanan dan melakukan konolidasi dengan pejabat kerajan dan tokoh masyarkat. Dalam bidang militer ia mendirikan pemuda Pandu Nasional Indonesia (PNI) sebagai kekuatan pergerakan bersenjata menghadapi NICA.
Andi Abdullah Bau Massepe ditembak mati oleh Belanda seperti ucapannya saat di pengadilan Makassar “Aku rela mati demi kehormatan dan kemerdekaan bangsaku”.
Pangeran Mangkubumi/Sultan HB I
No Sk 085 / TK / 2006
Tgl Sk 3 November 2006
Kiai Haji Noer Ali
No Sk 085 / TK / 2006
Tgl Sk 3 November 2006
Pejuang Kemerdekaan Indonesia. Pemimpin Islam dan Pendidik. Memimpin Tentara Mahasiswa selama Revolusi Nasional.
Pada tahun 1937 KH. Noer Alie bersama Hasan Basri membentuk dan memimpin organisasi Persatuan Pelajar Betawi. Tahun 1940 ia kemudian mendirikan pesantren dan madrasah di Ujung Malang Bekasi yang tidak luput dari penguasaan tantara Jepang. Setelah Kemerdekaan ia terpilih menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Kecamatan Babelan Bekasi.
Tahun 1945 ia membentuk Laskar Rakyat dan bekerja sama dengan TKR Bekasii dan Jatinegara untuk memobilisasi pemuda dna santri ikut latihan kemiliteran di Teluk Pucung. Setelah Agresi I Belanda, ia kembali ke Bekasi dan mendirikan organisasii dengan nama Markas Pusat Hizbullah Sabilillah di Tanjung Karekok Cikampek. Setelah perjanjiann Renville pasukannya hijrah ke Banten, dan ia sempat ditangkap Belanda namun berhasil meloloskan diri.
Pada tahun 1949, KH. Noer Alie ditunjuk menjadi Ketua Masyumi cabang Jatinegara, kemudian menjadi Ketua Masyumi Bekasi dan Wakil Ketua Dewan Pemerintahan Daerah Bekasi. Pada Desember 1956 ia menjadi anggota Dewan Konsituante. Setelah G30S/PKI ia ikut menumpas gerkan tersebur khususnya di daerah Bekasi dan Jakarta sekitarnya.
R.M. Tirto Adhi Soerjo
No Sk 085 / TK / 2006
Tgl Sk 3 November 2006
H. Padjonga Daeng Ngalle Polobangkeng
No Sk 085 / TK / 2006
Tgl Sk 3 November 2006
Pejuang Pembentukan Republik Indonesia. Ketua Laskar Gerakan Muda Bajoang, dan Koordinator Serangan di Sulawesi Selatan selama Revolusi Nasional. Karaeng (Kepala Pemerintahan Distrik) Polongbangkeng.
Pajonga Daeng Ngaile Araeng Polongbangkeng adalah seorang Karaeng yaitu kepala pemerintahan distrik pada tahun 1934.
Pada tahun 1945 ia bersama bagsawan lain seperti, Andi Mappayuki, Andi Jemmba, Andi Bau Massape, dan Andi Pellarani mengikuti konfrensi raja-raja se-Sulawesi unutk mendukung pemerintah RI di Sulawesi sebagai satu-satunya pemerintah yang sah dibawah Gubernur Ratulangi.
Karaeng menjadikan Polongbangkeng sebagai pusat gerakan menggantikan posisi Makassar, dan mempersatukan para tokoh pemuda perjuangan dari Makassar, Takalor, Gowa, Banteng.
Untuk mempertahankan proklamasi, Karaeng membentuk dan memimpin Lasar Gerakan Mudah Bajoang sebagai wadah perjuangan bersenjata, mempelihatkan karakternya sebagai pejuang yang tidak mau kompromi dengan Belanda.
Pada Juli 1946, ketika Van Mook melakukan Konfrensi Melano, maka laskan lipan bajoang melaksanakan konfrensi antar lascar yang dihadiri oleh 19 laskar yang membentuk LAPRIS (Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi).
Opu Daeng Risadju
No Sk 085 / TK / 2006
Tgl Sk 3 November 2006
Pejuang Kemerdekaan Indonesia. Cendekiawan, Wanita Politisi Pertama, berperang melawan Belanda selama Revolusi Nasional.
Oppu Daeng Risaju adalah putri keturunan bangsawan yang telah tertanam sikap dan jiwa patriotism dalam dirinya dan memiliki daya kharismatik terhadap masyarkat Luwu.
Awal abad XX, tahun 1927 ia menjadi anggota Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) cabang Pare-Pare kemudian pada tanggal 14 Januari 1930 ia terpilih menjadi ketua PSII dan sering mengikuti kongres PSII baik di Sulawesi Selatan maupun di PSII Pusat Batavia.
Opu Daeng bersama kurang lebih 70 orang anggota PSII ditangkap oleh Belanda dan dimasukan ke penjara Masamba dengn maksud untuk mengruangi aksi-aksi atau gerakan perlawan dan mengahdang perluasan ajaran PSII.
Pada tahun 1946 Opu Daeng berserta pemuda republik melakukan serangan terhadap tantara NICA dan terjadi serangan balasan kepada pasukan Opu Daenga yang mengakibatkan banyak pemuda yang gugur. Opu kemudian di tangkap dan dipenjarakan di Belopa yang membuat telinganya tuli seumur hiidup.
Opu Daeng dijuluki Srikandi di Tana Luwu dikarenakan perannya dan secara aktif memperjuangakan kebangkitan nasional di Sulawesi Selatan.
H. Andi Sulthan Daeng Radja
No Sk 085 / TK / 2006
Tgl Sk 3 November 2006
Tokoh Kemerdekaan Indonesia. Regen (Kepala Adat) Gantarang. Turut aktif dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Bupati Daerah Bantaeng (Sulawesi Selatan). Anggota Konstituante Indonesia. Turut aktif dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pemrakarsa pembentukan organisasi Persatuan Pergerakan Nasional Indonesia (PPNI).
Juru tulis kantor pemerintahan Onder Afdeeling Makasar. Kemudian beliau diangkat menjadi calon Jaksa di Kejaksaan Makasar. Tanggal 7 januari 1915 diangkat menjadi Eurp Klerk pada Kantor Asisten Residen Bone di Pompanua. Selanjutnya Sultan Daeng Radja berpindah pindah tempat tugas sebagai wakil dan kepala pajak di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan.
Regen (Kepala Adat) Gantarang. Turut aktif dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Bupati Daerah Bantaeng (Sulawesi Selatan). Anggota Konstituante Indonesia. Turut aktif dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pemrakarsa pembentukan organisasi Persatuan Pergerakan Nasional Indonesia (PPNI).
Izaac Huru Doko
No Sk 085 / TK / 2006
Tgl Sk 3 November 2006
Aktivis Kemerdekaan dan Pendidik. Menteri Pengajaran NIT. Menteri Muda Penerangan NIT. Penggagas berdirinya Universitas Udayana di Denpasar Bali (1959) dan Undana Kupang (1962)
Selagi dibangku Sekolah Guru (HIK) Bandung, Izaac memipin organisasi “de Timorsche Jongeren” yang memiliki cabang di kota-kota besar di seluruh Indonesia bersama Herman Johannes,
Setelah menyelesaikan sekolahnya, Izaac aktif diranah politik. Ia menjadi Ketua Partai Politik “Perserikatan Kebangsaan Timor” di Kupang. Izaac diangkat sebagai kepala Bunkyo Kakari (Pengajaran/Penerangan) di Kupang. Melalui surat kabar “Timor Syuho” ia mempelopori perjuangan kemerdekaan Indonesia yang saat itu dibawah kekuasaan Jepang dan juga menjadi anggota “Syo Sunda Tju San In” di SIngaraja Bali,
Bersama Tom Pello, ia mengorganisir para tenaga tenaga nasional untuk menghadapi Pemerintahan Reaksioner Belanda dan kaki tangannya.
Izaac menjadi anggota Parlemen Negara Indonesia Timur (NIT) dan kemudian dipilih menjadi Menteri Muda Penerangan (1947—1950) yang membantu perjuangan RI dan mengembalikan Presiden dan Wakil Presiden serta pemerintah RI ke Yogya.
Dr. Mr. Teuku H. Moehammad Hasan
No Sk 085 / TK / 2006
Tgl Sk 3 November 2006
Mayjen. TNI. (Purn) Dr. Adnan Kapau Gani
No Sk 066 / TK / Tahun 2007
Tgl Sk 06 November 2007
Aktivis Kemerdekaan, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Kemakmuran. Gubernur Militer Sumatera Selatan. Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, Menteri Perhubungan. Rektor Universitas Sriwijaya.
Ia menamatkan sekolahnya di GHS Sekolah Tinggi Kedokteran pada tahun 1940 dan kemudian ia membuka praktik dokter di Palembang. Sejak bersekolah ia sudah aktif dalam kegiatan organisasi kepemudaan seperti anggota pengurus Jong sumatranen Bond dan membantu terselenggaranya Kongres Pemuda bulan Oktober 1928. Kemudian ia aktif dalam Indonesia Muda yang diangkat menjadi anggota Dewan Eksekutif.
Kegiatan politiknya dimulai sebagai menjadi anggota Partindo, dan kemudian mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (GERINDO).
Pada tahun 1939 ia mensponsori lahirnya Gabungan Politik Indonesia (GAPI).
Setelah Proklamasi Gani disahkan menjadi Gubernur Sumatra dan ia dingkat sebagai koordiantor pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sumatra.
Gani dingkat menjadi anggota konstiituante sebagai wakil PNI dan akhirnya menjadi anggota MPRS.
Mr. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung
No Sk 066 / TK / Tahun 2007
Tgl Sk 06 November 2007
Mayjen. TNI (Purn). Prof. DR.Moestopo
No Sk 066 / TK / Tahun 2007
Tgl Sk 06 November 2007
Pejuang Kemerdekaan Indonesia. Dokter gigi Indonesia dan Pendidik. Penasehat Jenderal Sudirman.
Moestopo menempuh pendidikan tinggi di STOVIT (Sekolah Dokter Gigi) yang diselesaikannya pada tahun 1937. Ia kemudian membuka praktik sambal bekerja di STOVIT, dan pernah diangkat menjadi Wakil Direktur STOVIT.
Pada masa pendudukan Jepang Moestopo mengikuti pelatihan PETA, dan diangkat sebagai komandan kompi di Sidoarjo, dan kemudian menjadi komandon battalion di Gresik. Setelah PETA dibubarkan, Moestopo mendirikan Badan Kemanan Rakyat (BKR) Jawa Timur. Kemudian ia juga mengangkat dirinya sebagai Menteri Pertahanan At Interm Republik Indonesia.
Moestopo diangkat oleh Presiden sebagai Penasihat Agung Republik Indonesia dan diserahi tugas sebagai Panglima Markas Besar Pertempuran Jawa Timur. Ia juda dinagkat menjadi Komandan Kesatuan Reserve Umum (KRU).
Moestopo diangkat menjadi Kepala Kesehatan Gigi Angkatan Darat. ia dikaryakan menjadi Pembantu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun 1962 ia mendirikan Yayasa Universitas Prof. Dr. Moestopo Jakarta yang dikenal Kampus Merah Putih.
Brigjen.TNI. (Anm) Ign. Slamet Rijadi
No Sk 066 / TK / Tahun 2007
Tgl Sk 06 November 2007
DR. Mohammad Natsir
No Sk 041 / TK / Tahun 2008
Tgl Sk 06 November 2008
Pejuang Kemerdekaan Indonesia, Politisi, Sastrawan, Penulis (45 buku). Tokoh Sederhana Sepanjang Zaman. Perdana Menteri Indonesia Ke 5. Menteri Komunikasi dan Informatika ke 2. Pendiri dan Pemimpin Partai Masyumi. Presiden Liga Muslim se-Dunia (World Muslim Congress), Ketua Dewan Masjid se-Dunia.
Ketika bersekolah di Bandung, Natsir memperdalam ilmu agamanya dari A. Hasan. Natsir juga aktif dalam organisasi pemuda pelajar berhaluan Islam yaitu Jong Islamieten Bond (JIB). Kegiatan dalam JIB mendekatkannya dengan tokoh-tokoh tekenal Sarekat Islam, seperti H. Agus Salim dan Tjokroaminoto. Natsir kemudian menjadi wakil ketua JIB cabang Bandung (1929-1932) dan diangkat menjadi ketua Kern-Lichaam (Badan Inti) JIB Pusat. Natsir juga diangkat menjadi Ketua Partai Islam Indonesia (PII) cabang Bandung dan juda menjadi Sekretaris MIAI.
Natsir kemudian mendirikan sekolah Pendidikan Islam pada tahun 1932. Sesudah Indonesia Merdeka, MIAI berubah menjadi Masyumi dan Natsir menjadi pemimpin partai ini sebagai Ketua Umum sejak 1948 sampai 1959.
Natsir kemudian diangkat menjadi anggota Badan Pekerja Kmite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP). Kemudian sejak 1946-1949, tiga kali berturut-turut Natsir menjadii Menteri Penerangan.
K.H. Abdul Halim
No Sk 041 / TK / Tahun 2008
Tgl Sk 06 November 2008
Aktif dalam berbagai organisasi seperti Perserikatan Oelama, Sarekat Islam dsb.
Abdul Halim juga mencurahkan perhatian untuk memajukan Pendidikan dengan mendirikan Santi Asmoro pada tahun 1932. Dimana dalam Lembaga Pendidikan ini para murid tidak hanya dibekali pengetahuan agama dan pengetahuan umum tetapi juga keterampilan.
Pada bulan Mei 1945, ia diangkat menjadi anggota BPUPKI yang bertugas menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembentukan negara.
Pada waktu Agresi Militer Belanda II, Abdul Halim aktif membantu kebutuhan logistik bagi pasukan TNI dan para gerilyawan.
Salah seorang tokoh yang menuntut pembubaran negara Pasundan ciptaan Belanda.
Menghasilkan banyak karya tulisan, baik berupa artikel dalam beberapa majalah maupun buku.
Sutomo ( Bung Tomo )
No Sk 041 / TK / Tahun 2008
Tgl Sk 06 November 2008
Sutomo lebih dikenal dengan sapaan akrab Bung Tomo, adalah pahlawan yang sangat terkenal karena peranannya dalam membakar dan membangkitkan semangat rakyat untuk menentang kembalinya penjajah Belanda.
Sutomo merupakan Pejuang Kemerdekaan Indonesia, Jurnalis, Orator Ulung. Termasuk Pendiri Tentara Keamanan Rakyat. Mayor Jenderal TNI A D, Koordinator Bidang Informasidan Perlengkapan Perang untuk AD, AL, AU.
Sutomo adalah salah satu pemimpin yang menggerakkan Rakyat Surabaya dalam pertempuran melawan Inggris yang ditunggangi Penjajah Belanda (terutama 10 November 1945).
Pada bulan-bulan pertama sesudah Proklamasi, Bung Tomo melibatkan diri secara intensif dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Ia ikut dalam proses pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan perebutan senjata dari pasukan Jepang. Ia juga membentuk badan perjuangan, yakni Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI).
Sutomo berhasil membangun pemancar radio sendiri, yakni Radio Pemberontakan yang berperan penting dalam pertempuran di Surabaya.
Laksamana Muda TNI (Purn) Jahja Daniel Dharma
No Sk 058 / TK / Tahun 2009
Tgl Sk 06 November 2009
Laksamana Muda TNI Angkatan Laut. Pejuang Kemerdekaan Indonesia.
John Lie lahir dari pasangan Lie Kae Tae dan Ole Tjeng Nie Nio. Jhon Lie. Setelah lulus dari sekeolah dasar, ia kemudian bekerja di kapal perusahaan pelayaran Koninklijke Paketrvaart Maatschappij (KPM),
Pada tahun 1942, Jhon Lie bertugas di Khorramshahr, Iran, dan mendaparkan pendidikan militer.
Ketika Indonesia merdeka, ia memutuskan bergabung dengan Kesatuan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) sebelum akhirnya diterima di Angkatan Laut RI. Ia bertugas di Cilacap, Jawa Tengah dengan pangkat Mayor. Jhon Lie juga memimpin misi menembus blokade Belanda guna menyelundupkan senjata, bahan pangan, dan lainnya,
Sesudah perang kemerdekaan, John Lie tetap berkarir di lingkungan ALRI, dengan berbagai jabatan antara lain Komandan kapal RI Rajawali, Kepala Operasi Markas Besar Angkatan Laut, Komandan Daerah Maritim Jakarta, dan Komandan Kapal bendera RI Gajah Mada,
Dalam penumpasan pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) ia diangkat sebagai komandan eskader kapal-kapal Alri, dan bertugas sebagai Komandan Amphibious Task Porce 17 dan 25 sekaligus sebagai Wakil Komandan Operasi 17 Agustus.
Prof. Dr. Ir. Herman Johannes
No Sk 058 / TK / Tahun 2009
Tgl Sk 06 November 2009
Prof. Mr. Achmad Subardjo
No Sk 058 / TK / Tahun 2009
Tgl Sk 06 November 2009
Tokoh Pejuang Kemerdekaan Indonesia, Diplomat. Anggota BPUPKI dan PPKI. Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama.
Setelah tujuh tahun belajar dan berjuang dalam organisasi P.I di negeri Belanda, pada April 1934, Soebarjo kembali ke tanah air. Pada bulan September 1935 Soebarjo pergi ke Jepang dan kembali setahun kemudian dalam keadaan yang lebih baik.
Ketika BPUPKI dibentuk oleh Jepang di bulan maret 1945, Soebardjo turut serta menjadi anggota. Begitupun ketika PPKI dibentuk, Soebardjo menjadi salah satu anggotanya.
Ahmad Soebardjo memiliki andil yang cukup besar dalam membujuk para pemuda dalam peristiwa Rengasdengklok.
Pemerintah RI yang pertama terdiri atas 18 Menteri, 13 Menteri pemimpin departemen dan 5 Menteri Negara. Dimana Ahmad Soebarjo ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri.
Johannes Abraham Dimara
No Sk 052 / TK / Tahun 2010
Tgl Sk 08 November 2010
Nama kecil Johanes Abraham Dimara adalah Arabei. Ayahnya seorang Korano (Kepala Kampung) bernama Willem Dimara. Johanes Abraham Dimara memiliki peranan besar dalam operasi pembebasan Irian Barat bersama Soekano.
Ia sempat bergabung menjadi tentara dalam Batalyon Pattimura, Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Pada Juli 1950, pasukan Dimara diberangkatkan ke Ambon untuk menumpas RMS pimpinan Soumokil.
Johanes Abraham Dimara diangkat menjadi ketua Organisasi Pembebasan Irian (OPI). dalam perkembangannya OPI juga mempunyai cabang di Sorong dan Manokwari.
Atas mandat dari Soekarno Johanes A. Dimara bersama 40 anggotanya berangkat ke Irian Barat untuk melawan Belanda. Akhirnya Dimara beserta anak buahnya ditangkap dan diasingkan ke Bouven Digul.
Setelah tujuh tahun mendekam dipenjara akhirnya Dimara bebas. Ia kemudian dipanggil oleh Soekarno menjadi delegasi RI ke PBB.
Dr. Johannes Leimena
No Sk 052 / TK / Tahun 2010
Tgl Sk 08 November 2010
Sebagai dokter, Leimena pernah bertugas di beberapa rumah sakit, diantaranya Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Immanuel Bandung.
Leimena aktif dan menjadi ketua dalam organisasi, diantaranya pergerakan Pemuda Kristen, Cristen Studenten Vereniging (SCV) dan Jong Ambon. Leimena duduk sebagai anggota panitia mewakili Jong Ambon dalam Kongres Pemuda II 1928.
Peran Leimena dibidang pemerintahan diawali sebagai Menteri Muda Kesehatan 1946-1947, sesudah itu sampai tahun 1956 ia menjadi Menteri Kesehatan dalam berbagai kabinet.
Pada 1951 ia memulai proyek yang dikenal sebagai “Bandung Plan” dan kemudian berubah menjadi “Leimena Plan” yang berkembang menjadi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Sejak 1957, Leimena tidak lagi menjadi Menteri Kesehatan, Leimena kemudian memegang jabatan diantaranya, Menteri Sosial, Menteri Ditribusi, Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan. Leimena juga diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
Leimena juga pernah menjadi pendiri dan Ketua Umum Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Pendiri GMKI, dan juga memegang jabatan Wakil Ketua Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI).
I.J. Kasimo
No Sk 113 / TK / Tahun 2011
Tgl Sk 7 November 2011
Pelopor Kemerdekaan Indonesia. Menteri Perdagangan ke 5. Menteri Pertanian ke 6.
Saat dibangku sekolah, I.J. Kasimo aktif dalam Jong Java, kemudian tahun 1923 ia mendirikan Persatuan Politik Katholik Djawa (PPKD),
Pada tahun 1931 Kasimo diangkat menjadi anggota Volksrad. Sejak Desember 1945—1960 ia memipin Partai Katholik Republik Indonesia (PKRI). Kasimo juga pernah menjadi Menteri Muda Kemakmuran, Menteri Persediaan Makanan Rakyat, dan Menteri Perekonomian. Selain itu ia juga duduk sebagai anggota KNIP, DPR-RIS, Konstituante dan DPA,
Dalam rangka pembebasan Irian Barat, surat yang dikirim Kasimo kepada Partai Katholik Belanda berhasil mengubah sikap partai tersebut dan menyetujui usul mengenai penyelesaian sengketa tentang Irian Barat antara Indonesia dan Belanda,
Kasimo memiliki perhatian besar terhadap masalah pertanian. Pada tahun 1948, ia menyusun rencana yang dikenal sebagai “Kasimo Plan” yang betujuan untuk meningkatkan produksi pangan dengan cara melakukan intensifikasi dan eksentifikasi pertanian,
Kasimo juga digelari sebagai Bapak Tebu Rakyat atas peraturan mengenai pertanian tebu yang dikeluarkannya saat menjabat sebagai Kepala Jawatan Pertanian Pusat pada tahun 1951—1954.
Sri Susuhunan Pakubuwono X
No Sk 113 / TK / Tahun 2011
Tgl Sk 7 November 2011
Raja Kasunanan Surakarta yang memerintah tahun 1893 1939. Disebut sebagai Sinuhun Wicaksana atau Raja Besar dan Bijaksana. Pendukung berbagai kegiatan untuk kepentingan Indonesia (Pendirian Organisasi Sarekat Dagang Islam, Kongres Bahasa Indonesia I, penerbitan media massa, dsb).
Masa pemerintahan Pakubuwana X ditandai dengan kemegahan tradisi dan suasana politik kerajaan yang stabil. Pada masa pemerintahannya yang cukup panjang, Kasunanan Surakarta mengalami transisi, dari kerajaan tradisional menuju era modern, sejalan dengan perubahan politik di Hindia Belanda.
Pakubuwana X memberikan kredit untuk pembangunan rumah bagi warga kurang mampu. ia mendirikan sekolah Pamardi Putri dan Kasatriyan untuk kepentingan kerabat keraton. Infrastruktur modern kota Surakarta banyak dibangun pada masa pemerintahannya, seperti bangunan Pasar Gede Harjonagoro, Stasiun Solo Jebres, Stasiun Solo-Kota (Sangkrah), Stadion Sriwedari, Kebun Binatang Jurug, Jembatan Jurug yang melintasi Bengawan Solo di timur kota, gapura-gapura di batas Kota Surakarta, rumah pemotongan hewan ternak di Jagalan, rumah singgah bagi tunawisma, dan rumah perabuan (pembakaran jenazah) bagi warga Tionghoa.
Dr. K.H. Idham Chalid
No Sk 113 / TK / Tahun 2011
Tgl Sk 7 November 2011
H. Abdul Malik Karim Amrullah ( Buya Hamka)
No Sk 113 / TK / Tahun 2011
Tgl Sk 7 November 2011
Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan julukan Hamka yang merupakan singkatan namannya,
Ia merupakan Ketua Majelis Ulama Indonesia yang pertama, seorang Sastrawan, Aktivis Politik, Wartawan, Penulis, Ulama, Editor, Ahli Filsafat.
Ia adalah orang Indonesia kedua, setelah Ir. Soekarno yang menerima anugerah Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar di tahun 1960-an dibidang pemikiran Islam. Salah satu karya monumentalnya adalah Tafsir Al-Azhar.
Hamka mempelajari agama dan mendalami Bahasa Arab di Sumatera Thawalib di Padang Panjang yang didirikan oleh ayahnya. Ia juga mengikuti pelajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syekh Ibrahim Muda, Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto, dan Ki Bagus Hadikusumo.·
Hamka sejak muda sudah aktif dalam berbagai organisasi keagamaan, yaitu Muhammadiyah, antara lain Ketua Muhammadiyah Padang Panjang, Konsul Muhammadiyah di Makassar, dan terakhir Penasihat Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
I Gusti Ketut Pudja
No Sk 113 / TK / Tahun 2011
Tgl Sk 7 November 2011
Ki Sarmidi Mangunsarkoro
No Sk 113 / TK / Tahun 2011
Tgl Sk 7 November 2011
Pendidik dan Pejuang Pendidikan. Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan ke 5. Penulis berbagai buku pendidikan.
Dikenal sebagai tokoh pendidikan dan budayawan, namun juga aktif dibidang politik, ia kemudian menjadi Ketua Taman Siswa Jakarta dari tahun 1928 sampai dengan 1940, Ia merumuskan Dasar-Dasar Perjuangan Taman Siswa tahun 1922. Dalam Kongres Pemuda 1928 Mangunsarkoro menyampaikan pemikirannya mengenai pentingnya pendidikan,
Ia juga menjadi Ketua Dapartemen Pendidikan dan Pengajaran Majelis Luhur Taman Siswa serta Pimpinan Umum Taman Siswa dan Taman Dewasa Raya di Jakarta. Ia juga menggagas pendirian Akademi Seni Rupa, Konservatorium Kerawitan, dan menjadi anggota Dewan Penyantun UGM.
Pada tahun 1950, ia menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan meliharkan Undang-Undang Pendidikan Nasional,
Dibidang kebudayaan, ia mencanangkan kebudayaan rakyat berdasarkan Pancasila. Ia merupakan ketua PNI yang banyak menyumbangkan pemikirannya dalam buku.
Mr. Syafruddin Prawiranegara
No Sk 113 / TK / Tahun 2011
Tgl Sk 7 November 2011
Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat
No Sk 68 / TK / Tahun 2013
Tgl Sk 6 November 2013
Radjiman Wediodiningrat dalam perjuangannya lebih dikenal sebagai ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, karena Ia merupakan salah satu peletak dasar negara Republik Indonesia.
Perjuangan Radjiman telah di mulai jauh sebelum jaman Jepang. Ia Berjuang bersama Budi Utomo mempertahankan prinsip perjuangan Budi Utomo yang bersifat kebudayaan.
Pada tahun 1918 Ia menjadi salah seorang anggota Volksraad (Dewan Rakyat) bentukan pemerintah Hindia Belanda dan duduk selama beberapa periode hingga tahun 1931 sebagai wakil dari Budi Utomo.
Pada zaman pendudukan Jepang, Radjiman duduk sebagai anggota Syu Sangi Kai (Dewan Pertimbangan Daerah) Madiun, kemudian Radjiman diangkat menjadi anggota Chuo Sangi-In (Dewan Pertimbangan Pusat) pada tahun 194). Ketika Poetera (Poesat Tenaga Rakjat) diabentuk, Radjiman menjadi anggota Majelis Pertimbangan Poetera.
Pada awal kemerdekaan, Ia menjadi anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dan kemudian anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia.
Pemimpin sidang DPR pertama saat Indonesia menjadi NKRI. Radjiman juga dikenal sebagai dokter ahli penyakit pes.
Lambertus Nicodemus Palar
No Sk 68 / TK / Tahun 2013
Tgl Sk 6 November 2013
Diplomat, Perunding dalam Usaha Pengakuan Internasional Kemerdekaan Indonesia. Duta Besar RI untuk PBB. Duta Besar RI di India, Jerman Timur, Uni Soviet, Amerika Serikat.
Aktivitas politik Palar diawali di kota Amsterdam. Pada tahun 1930, Palar aktif menjadi anggota Social Democratische Arbeider Partij (SDAP), ia juga menjabat sebagai sekretaris Komisi Kolonial SDAP dan Nederlands Verbond van Vakvereniginen (NVV) pada Oktober 1933.
Selama Perang Dunia II, Palar tidak lagi bekerja untuk SDAP, ia beraktivitas dalam laboratorium Van der Waals, sambal mengajar bahasa Melayu. Setelah perang berakhir ia aktif dalam Partij van de Arbeid(PvdA) dan terpilih menjadi anggota Twede Kamer.
Pada tahun 1947, Palar mulai merintis upaya pengakuann internasional terhadap kemerdekaan RI. Mewakili RI di PBB meski Indonesiia belum menjadi anggota PBB.
Setelah pengakuan kedaulatan kemerdekaan dan Indonesia menjadi anggota PBB ke-60 pada 1950, Palar menjadi perwakilan resmi RI pertama dengan status keanggotaan penuh.
Letnan Jenderal (Purn) Tahi Bonar Simatupang
No Sk 68 / TK / Tahun 2013
Tgl Sk 6 November 2013
Letnan Jenderal (Purn) Jamin Gintings
No Sk 115 / TK / Tahun 2014
Tgl Sk 6 November 2014
Mr. H.R. Moehammad Mangoendiprodjo
No Sk 115 / TK / Tahun 2014
Tgl Sk 6 November 2014
Seorang pamong praja yang memasuki dunia militer.
Penugasan sebagai pamong praja dimulianya pada masa Hindia Belanda dengan jabatan asisten wedana (camat) di daerah Jombang, Jawa Timur, dan berakhir sebagai residen di Lampung. Kemudian memasuki militer pada masa pendudukan Jepang sebagai Daindancho (Komandan Batalion) Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Buduran, Sidoarjo.
Perjuangan Mangoendiprojo berkaitan erat dengan revolusi di Surabaya pada 1945. Ia juga pernah menjadi bendahara Badan Keamanan Rakayat (BKR) Keresidenan Surabaya, anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia (BPKNI) Keresidenan Surabaya. Mangoendiprojo diangkat menjadi anggota staff Urusan Angkatan Darat.
Mangoendiprojo mempunyai andil besar dalam mengambil alih asset pribadi orang-orang Belanda yang tersimpan di Bank Escompto, uang tersebut digunakan untuk kepentingan perjuangan. Ia kemudian menjadi anggota Kontak Biro dan juga menjadi ketua Dewan Pertahanan Ri-Surabaya.Mangoendiprojo dipindahkan ke staf Kementerian Pertahanan, sebagai penasihat Menteri. Kemudian pada tahun 1948, ia diposisikan sebagai anggota militer luar formasi, dengan pangkat kolonel cadangan.
Sesudah pengakuan kedaulatan, ia dikembalikan ke profesi awal sebagai pamong praja. Kemudian tahun 1950 ia diangkat sebagai Bupati Ponorogo dan lima tahun kemudian menjadi Residen Lampung.
Sukarni Kartodiwirjo
No Sk 115 / TK / Tahun 2014
Tgl Sk 6 November 2014
K.H. Abdul Wahab Chasbullah
No Sk 115 / TK / Tahun 2014
Tgl Sk 6 November 2014
Bernard Wilhelm Lapian
No Sk 116 / TK / Tahun 2015
Tgl Sk 4 November 2015
Semasa bekerja di Batavia, B.W Lapian menulis di surat kabar Pangkal Kemadjoean yang memperlihatkan sikap nasionalis untuk membebaskan warga Indonesia dari kolonialisme. Ia kemudian mendirikan surat kabar Fadjar Kemadjoean (1924-1928) yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat dan sekembali ke Kawangkoan pada tahun 1940, ia menerbitkan Semangat Hidoep yang isinya mengobarkan perlawanan terhadap propaganda Kolonial.
Pada tahun 1930-1934 menjadi anggota Dewan Minahasa dan memperjuangan pembangunan fasilitas publik, infrastruktur, rumah sakit, dan lainnya bagi kepentingan masyarakat. Ia juga anggota Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM), dan juga anggota Volksraad yang tergabung dalam Fraksi Nasional.
Semasa pendudukan Jepang ia pernah menjadi Gunco (Kepada Distrik), dan pada tahun 1945 menjadi Walikota Manado. Pada 14 Febuari 1946 ia mengibarkan bendera merah putih dan peristiwa ini tersiar melalui radio ke seluruh dunia.
Pada masa setelah kemerdekaan tahun 1950, Lapian aktif sebagai Gubernur Sulawesi Utara dan membantu menyelesaikan masalah perlawanan Kahar Muzakar secara damai.
Mas Isman
No Sk 116 / TK / Tahun 2015
Tgl Sk 4 November 2015
Mas Isman adalah seorang pejuang kemerdekaan yang menentang pemerintahan Hindia Belanda di Jawa Timur.
Pada 22 September 1945, pasukan perlajar dilantik oleh Sungkono di Sekolah Darmo, Surabaya. Mas ISman diangkat menjadi komandan BKR Pelajar Surabaya yang diresmikan pada 19 Oktobere 1945. Perjuangannya dimulai dengan pernyataan “Soempah Keboelatan Tekad” mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia.
Mas Isman kemudian menjadi pemimpin organisasi TRIP, selain berjuang mengangkat senjata, TRIP juga melakukan tugas-tugas kemasyarakatan yaitu meberikan penereangna dan penyuluhan mengenai kebersihan, kesehatan, pendidikan, dan kemerdekaan tanah air.
Mas Isman juga berkontribusi dengan mendirikan Koperasi SImpang-Pinjam Gotong Royong (Kosgoro) pada tanggal 10 November 1957. manjadi anggota delegasi RI untuk berunding di Perserikatan Bangsa Bangsa pada tahun 1958 dan menjadi diplomat, kepala Perwakilan RI di Rangoon-Birma pada tahun 1959, Duta Besar di Bangkok - Thaiand (1960-1964) dan Kairo Mesir (1964-1967).
Selama menjabat sebagai anggota DPR/MPR RI selama 1978-1982, ia tetap aktif berkiprah dalam bidang organisasi kemasyarakatan, pendidikan (pendirian SMK dan sekolah Kosgoro) dan kemanusiaan.
I Gusti Ngurah Made Agung
No Sk 116 / TK / Tahun 2015
Tgl Sk 4 November 2015
Komjen Pol. (Purn) DR. H. M. Jasin
No Sk 116 / TK / Tahun 2015
Tgl Sk 4 November 2015
Aktif dalam perjuangan kemerekaan, memproklamasikan Polisi Istimewa menjadi Polisi Indonesia pada tanggal 21 Agustus1945. selain berkiprah di lingkungan kepolisian, jasin juga pernah diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA), anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan kemudian MPR.
Jasin mengikuti pendidikan kepolisian di Sekolah Polisi di Sukabumi. Selesai mengikuti pendidikan dengan pangkat Hoofd Agent, ia bertugas di Surabaya. Kemudian ia mengikuti pendidikan polisi ala Jepang yang bercirikan pendidikan militer. Kemudian Jasin ditempatkan di Gresik dan bertugas sebagai instruktur di Sekolah Polisi.
Setelah Indonesia merdeka ia terlibat akif dalam perjuangan kemerdekaan. Tindakan momentelanya ialah memproklamasikan Polisi Istimewa menjadi Polisi Indonesia.
Jasin juga berperan dalam perebutan senjata, diantaranya adalah perbutan senjata di Don Bosco, dan di markas Kempeitai. Jasin dan pasukannya ikut dalam pertempuran Surabaya yang berfungsi sebagai alat keamanan dan alat pertahanan.
Jasin juga merupakan Komandan Mobiele Brigade Besar (MBB) yang berganti nama menjadi Brigade Mobile (Brimob) berperan dalam menumpas PKI bersama TNI.
Ki Bagus Hadikusumo
No Sk 116 / TK / Tahun 2015
Tgl Sk 4 November 2015
Perjuangan dan pemikiran Ki Bagus Hadikusumo tidak dapat dilepaskan dari Muhammadiyah, ia dibesarkan oleh dan sekaligus juga membesarkan muhammadiyah. Pada tahun 1938 ia turut mendirikan Partai Islam Indonesia (PII), Ki Bagus Hadikusumo dikenal sebagai seorang ulama yang teguh berpegang pada akidah dan hukum Islam.pada masa perang kemerdekaan, dengan dukungan beberapa tokoh Muhammadiyah, Ki Bagus memprakarsai pembentukan angkatan perang stabil yang diresmikan pada bulan Juli 1948.
Pada masa pendudukan Jepang, Ki Bagus megeluarkan maklumat yang melarang rakyat Indonesia melakukan seikeirei, akkhir pendudukan Jepang, ia menjadi anggota BPUPKI dan memperjuangakan agar Islam dijadikan dasar negara yang akan didirikan, menolak penghapusan 7 kata dalam Piagam Jakarta.
Sesudah perang kemerdekaan berakhir Ki Bagus menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mewakii Masyumi.
Ki Bagus dihadiahi tanda kehormatan berupa Bintang Mahaputera Adipradana dan Bintang Republik Indonesia Utama.
K.H.R. Asad Syamsul Arifin
No Sk 90 / TK / Tahun 2016
Tgl Sk 3 November 2016
KH.R. As’ad Syamsul Arifin merupakan seorang ulama besar sekaligus salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo.
KH.R. As’ad Syamsul Arifin menanamkan semangat perjuangan dan dakwah Islamiyah melalui barisan pelopor. Kemudian ia membentuk Hizbullah dan Syabilillah. Pada September dan awal Oktober 1945 Kyai As’ad memimpin pelucutan Pasukan Jepang di Garahan, Jember Jawa Timur.
Pada September dan awal Oktober 1945, Kyai As’ad memimpin pelucutan Pasukan Jepang di Garahan, Jember, Jawa Timur.
Pada 10 November 1945, ia membantu pertempuran di Surabaya dengan mengirim anggota pelopor dan pasukan Syabilillah Situbondo serta yang berasal dari Bondowoso ke daerah Tanjung Perak.
Pada masa revolusi fisik tahun 1945-1949, Kyai As’ad Syamsul Arifin memimpin perang gerilya di beberapa daerah Karesidenan Besuki.
Pada tahun 1975, ia ikut mendirikan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Pada tahun- tahun berikutnya sampai meninggal dunia tahun 1990, Kyai As’ad Syamsul Arifin lebih banyak mengembangkan pendidikan di pondok pesantren yang dipimpinnya.
Kyai As’ad Syamsul Arifin wafat pada tanggal 4 Agustus 1990 dan dimakamkan di Situbondo, Jawa Timur.
TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
No Sk 115 / TK / Tahun 2017
Tgl Sk 6 November 2017
Laksamana Keumalahayati
No Sk 115 / TK / Tahun 2017
Tgl Sk 6 November 2017
Laksamana Malahayati adalah anak dari Laksamana Mahmud Syah, cucu Laksamana Said Syah dan cicit dari Sultan Aceh, Sultan Salahudin Syah yang memerintah 1530-1539. Semangat wira samudra ini merupakan warisan dari ayah dan kakeknya yang juga menjadi panglima angkatan laut Kesultanan Aceh. Kisah perjuangan Keumalahayati dimulai pasca terjadinya peristiwa pertempuran Teluk Haru antara armada laut Portugis melawan armada laut Kesultanan Aceh.
Setelah kematian suaminya dalam pertempuran Teluk Haru, Malahayati membentuk dan memimpin pasukan Inong Balee yang berasal dari janda para prajurit Aceh yang gugur dalam perang, dan Malahayati diangkat menjadi laksamana, wanita Aceh pertama yang menyandang pangkat laksamana. Pasukan Inong Balee ini mahir menembakan meriam dan memiliki benteng yang berada dibukit berketinggian 100 meter.
21 Juni 1599, Malahayati memimpin armada laut Kesultanan Aceh untuk meghadapi upaya para pedagang Belanda yang memaksakan kehendaknya dalam perdangangan dengan Keslutanan Aceh. Peristiwa tersebut menyebabkan Cornelis De Houtman dan beberapa pelaut Belanda tewas.
Sultan Mahmud Riayat Syah
No Sk 115 / TK / Tahun 2017
Tgl Sk 6 November 2017
Prof.Drs.H.Lafran Pane
No Sk 115 / TK / Tahun 2017
Tgl Sk 6 November 2017
Keikutsertaan Lafran dalam memperjuangkan kemerdekaan di bawah bimbingan kedua kakak kandungnya yaitu Armijn Pane dan Sanusi Pane yang dikenal sebagai tokoh muda pergerakan nasional. Organisasi perjuangan yang diikutinya adalah Barisan Pemuda Gerindo dan Indonesia Muda.
Selama menjadi mahasiswa STI, ia memprakarsai pembentukan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Organisasi ini berdiri pada tanggal 5 Februari 1947 di Yogyakarta. Pembentukan HMI sangat penting karena menjadi organisasi yang menghimpun kontribusi para mahasiswa untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Di bawah pengaruhnya, orientasi HMI menjadi nasionalis sehingga HMI mendukung ideologi Pancasila. Organisasi HMI menolak gagasan pembentukan Negara Islam yang digagas Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, pendiri gerakan Darul Islam.
Lafran menjadi tokoh yang menentang PKI, ia memelopori pembentukan Ikatan Sarjana Muslimin Indonesia (ISMI) yang memberikan dukungan kepada Pangkostrad/Pangkopkamtib Letjen Soeharto untuk menumpas G30S/PKI.
Lafran berprofesi sebagai dosen di UGM dan menjadi Guru Besar.
Depati Amir
No Sk 123/TK/Tahun 2018
Tgl Sk 6 November 2018
Abdurrahman Baswedan
No Sk 123/TK/Tahun 2018
Tgl Sk 6 November 2018
Abdurrahman Baswedan terlibat dalam dunia pergerakan dengan mengusung cita-cita mewujudkan bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
Awalnya ia menjadi juru dakwah Muhamadiyah dan juga aktif dalam Jong Islamieten Bond (JIB).
Ia secara konsisiten memperjuangkan integrasi keturunan Arab ke dalam bangsa Indonesia. Perjuangannya itu dilakukan melalui dunia jurnalistik, yaitu dengan tulisan-tulisannya di berbagai surat kabar untuk meyebarkan pemikirannya bahwa keturunan Arab mempunyai kewajiban yang sama untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia, diantaranya Harian Sin Tit Po, Suara Umum dan Harian Marahari
Abdurrahman merupakan inisiator Kongres Peranakan Arab pada tahun 1943 kemudian memimpin Partai Arab Indonesia PAI, dan juga di anggota BPUPKI. Ia juga anggota dalam misi diplomasi RI ke negara Arab dan Mesir. Setelah Proklamasi 1945, Abdurrahman bergabung ke dalam Partai Masyumi, menjadi Menteri Muda Penerangan Kabbinet Sjahrir kedua, dan juga mewakili Masyumi dalam parlemen (KNIP dan DPR) serta Badan Konstiruante hasil Pemilu 1955.
Setelah keluar dari dunia politik di tahun 1960, Abdul Rahman Baswedan mengalihkan perjuangannya ke dalam dunia pendidikan, dakwah, dan budaya.
Mr.Kasman Singodimedjo
No Sk 123/TK/Tahun 2018
Tgl Sk 6 November 2018
Pemersatu antara golongan Islam dan nasionalis.
Kasman mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB) pada 1925 dan menjadi ketua Umum JIB pada 1930—1935. Kasman juga aktif dalam organisasi Muhammadiyah,
Pada masa pendudukan Jepang, Kasman menjadi Komandan PETA Jakarta, dan setelah proklamasi Kasman diangkat menjadi anggota PPKI,
Beliau dipercaya oleh Soekarno dan Hatta untuk meluluhkan hati Ki Bagus Hadikusumo supaya menerima usulan penghapusan tujuh kata terkait syariat Islam. Sebab, muncul penolakan dari perwakilan Indonesia bagian timur jika tujuh kata tersebut tetap dipertahankan.
Ia menjadi pionir banyak lembaga baru Republik ini saat baru berdiri. Beliau adalah ketua KNIP (parlemen) pertama, Jaksa Agung Kedua yang memelopori pembenahan organisasi Kejaksaan Agung, pemimpin Badan Keamanan Rakyat, serta memelopori pembentukan Tentara Keamanan Rakyat sebagai cikal bakal TNI,
Kasman juga pernah menjabat sebagai Menteri Muda Kehakiman dalam Kabinet Amir Sjafruddin II dari November 1947 hingga Januari 1948. Ia turut aktif di dunia politik Indonesia bersama Partai Masyumi dan menjadi anggota Dewan Konstituante dari partai ini pada 1955.
Ir.Pangeran Mohammad Noor
No Sk 123/TK/Tahun 2018
Tgl Sk 6 November 2018
Ia ikut terlibat menjadi anggota Jong Islamieten Bond. Sebuah organisasi kepemudaan yang ikut berjuang menyatukan gerakan pemuda yang masih berbeda-beda visinya menjadi satu visi, yaitu: Indonesia merdeka.
Pada 20 Oktober 1945 ia berperan dalam pembentukan pasukan MN 1001. Namanya menjadi sebutan abadi pasukan MN 1001 (Mohammad Noor, seribu satu).
Pangeran M. Noor menjadi gubernur Kalimantan yang berkedudukan di Yogyakarata, ia melakukan pelatihan militer kepada para pemuda Kalimantan untuk kemudian diterjunkan ke medan perang menghadapi Belanda di Kalimantan.
Pangeran Mohammad Noor melakukan perkejaan yang banyak membawa kemajuan pembangunan di Kalimantan secara keseluruhan dan khususnya Kalimantan Selatan.
Pangeran Mohammad Noor adalah Pemrakarsa gagasan Proyek Sungai Barito (Barito River Project). Ia merampungkan pembangunan PLTA Riam Kanan di Kabupaten Banjar.
Ia juga pemrakarsa Proyek Pasang Surut untuk meningkatkan usaha transmigrasi di Trans Sumatra Waterway dan Kalimantan Coastal Canal.
Pangeran Mohammad Noor merupakan Pemrakarsa proyek perluasan persawahan Pasang Surut. Sejak tahun 1974 proyek ini masuk ke dalam program pemerintah.
Ibu Agung Hajjah Andi Depu
No Sk 123/TK/Tahun 2018
Tgl Sk 6 November 2018
Sejak remaja Hj. Andi Depu telah aktif di dalam organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan.
Pada tahun 1940 sebagai penyokong perkumpulan JIB (Jong Islamiten Bond) disebut juga Perhimpunan Pemuda yang merupakan organisasi perhimpunan pemuda dan pelajar Islam Hindia Belanda. di daerah Mandar.
Hj. Andi Depu sebagai tokoh bangsawan memperkenalkan bendera nasional merah putih diwilayah Mandar tahun 1942 pada saat diadakan rapat Raksasa peringatan Hari Sumpah Pemuda di Tinambung.
Pada tahun 1944 Hj. Andi Depu mendirikan organisasi Fujinkai, suatu wadah gerakan yang melibatkan wanita, sebagai tempat pelatihan dan penggodokan semangat juang wanita Mandar untuk ikut berperan dalam merebut kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun 1945, ia menyebarkan berita kemrdekaan Indonesia di Mandar, sejak itu banyak bendera merah putih dikibarkan oleh masyarakat Mandar.
Beberapa kali terlibat pertempuran dan sempat ditahan Belanda. Ia juga dinobatkan sebagai pemimpin Kerajaan Balanipa ke-52.
Pada tahun 1952 ia turut mengambil bagian untuk membubarkan Negara Indonesia Timur (NIT) bentukan Belanda.
Brigjen K H Syamun
No Sk 123/TK/Tahun 2018
Tgl Sk 6 November 2018
MR. Alexander Andries Maramis
No Sk 120/TK/ Tahun 2019
Tgl Sk 7 November 2019
Alexander Andries Maramis, atau dikenal dengan nama AA Maramis, adalah salah satu tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Sulawesi Utara . AA Maramis juga merupakan keponakan Pahlawan Nasional asal Sulawesi Utara lainnya Maria Walanda Maramis. A.A Maramis pernah menjabat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada 1 Maret 1945. Dalam badan ini , Maramis termasuk dalam Panitia Sembilan yang menghasilkan Piagam Jakarta.
Semasa di Belanda, Alex aktif di dalam Perhimpoenan Indonesia (PI), suatu organisasi perkumpulan mahasiswa-mahasiswa Indonesia di negeri Belanda. Organisasi ini pada mulanya berdiri atas nama Indische Vereniging yang didirikan tahun 1908 di Belanda. Pendirinya adalah para pelajar Hindia-Belanda yang sedang belajar di negeri Belanda. Di tahun 1922.
Sepulangnya ke tanah air dengan menyandang gelar Meester in de Rechten (Sarjana Hukum). Alex Maramis larut dalam kegiatan politik di Indonesia. Ia aktif di dalam organisasi pemuda, partai politik, perkauman Kawanua sampai organisasi gerejani. Pada bulan Maret 1933, bersama dr. Sam Ratoelangi dan dr. Toembelaka, Alex Maramis berhasil mendirikan Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM), sebuah gereja perjuangan di Manado.
Ketika Pemerintah Pendudukan Jepang membentuk Dokuritsu Zyummbi Tyoo Sakai (BPUPKI: Badan Persiapan Pernyelidikan Usaha Kemerdekaan Indonesia), Alex Maramis diangkat menjadi salah satu anggotanya melalui Makloemat Guinseikan Nomor 23 tentang Pembentukan BPUPKI. Alex Maramis menjadi satu-satunya orang Minahasa dalam daftar BPUPKI dan berada pada urutan 20 diantara 68 orang. 68 tokoh ini lah yang disebut sebagai “ Founding Father”, Bapak Bangsa, Pendiri Republik Indonesia.
K.H. Masjkur
No Sk 120/TK/ Tahun 2019
Tgl Sk 7 November 2019
Aktivitas beliau berlanjut menjadi anggota PPKI hingga diangkat menjadi menteri agama pada cabinet Amir Syarifudin.
Kemelut politik yang terjadi di tingkat nasional dan bergantinya kabinet-kabinet be dalam waktu singkat, membuat Presiden mengambil kebijakan bahwa negara dalam keadaan darurat, sehingga Presiden membentuk Dewan Pertahanan Negara yang anggotanya terdiri dari sejumlah menteri dan pimpinan partai. Masjkur menjadi salah satu anggota Dewan Pertahanan Negara yang mewakili Partai Masyumi.
K.H. Masjkur adalah salah seorang menteri yang lolos dari penangkapan Belanda. Ketika tentara hendak menangkapnya di rumah Terban Taman, K.H. Masjkur berhasil lolos lewat pintu belakang membawa puteranya Saiful Islam yang masih kecil, dan pergi meninggalkan Yogyakarta.
Masjkur tidak terpikir bahwa ia sedang mengawali suatu perang gerilya yang berlangsung selama 7 bulan. Masjkur bergerilya, ke timur, sampai Ponorogo, Trenggalek (Kec. Gandusari, Kec. Dongko, Kawedanan Panggul), bergabung dengan Panglima Besar Jenderal Soedirman. Pertemuan itu sering dilukiskan sebagai pertemuan dua panglima, Masjkur sebagai panglima Hizbullah/Sabilillah, dan Soedirman sebagai Panglima TNI.
Selama bergerilya banyak kegiatan yang dilakukannya, antara lain memberikan dorongan dan semangat kepada rakyat untuk terus berjuang melawan Belanda mempertahankan kemerdekaan, kemudian melakukan konsolidasi jajaran Departemen Agama dan membuat kebijakan-kebijakan yang perlu dilaksanakan oleh aparatnya. Selama perang gerilya itu Masjkur menjalankan fungsi sebagai Menteri Agama PDRI Komisariat Jawa. Moto yang mendorong keberanian K.H. Masjkur terjun di bidang militer adalah `Isy kariman au mut syahidan (Hidup mulia atau mati syahid) Moto itu pula yang ditanamkan kepada para pejuang yang bernaung di bawah panji-panji Islam.
Prof. Dr. M.Sardjito
No Sk 120/TK/ Tahun 2019
Tgl Sk 7 November 2019
Saat terjadi penyerbuan Belanda, beliau mengatur cara mendapatkan uang, bahan-bahan dan obat-obatan untuk memelihara kesehatan rakyat, tentara, dan PMI, dan juga menolong daerah Yogyakarta (Wonosari, Piyungan).
Sebagai Presiden/Rektor pertama Universitas Gadjah Mada, Desember 1949-1961. Memiliki prinsip bahwa Pendirian Universitas Gadjah Mada tidak hanya membentuk ilmuwan, melainkan juga sebagai Pejuang Kebangsaan dan Kemanusiaan.
Perjuangan monumental beliau memindahkan Fakultas dan Rumah Sakit dari Klaten dan Solo ke Daerah Republik Indonesia (Yogyakarta). Karena keterbatasan fasilitas, kemudian beliau menggunakan kandang kuda Keraton yang dirubah menjadi rumah sakit. Kamar-kamar Abdi Dalem Keraton dimanfaatkan menjadi laboratorium dan pendopo Kadipaten Mangkubumen menjadi ruang kuliah. Ini menunjukkan bahwa semangat dan kreatifitas bisa mengatasi kesulitan termasuk fasilitas.
Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir
No Sk 120/TK/ Tahun 2019
Tgl Sk 7 November 2019
Pada tahun 1945 terlibat aktif dalam BPUPKI dan ikut mencanangkan Piagam Jakarta. Abdul Kahar Mudzakkir adalah salah satu dari Sembilan orang anggota panitia kecil yang bertugas menentukan dasar negara Indonesia.
Pada tahun 1946 berjuang melalui diplomasi untuk pengakuan kedaulatan Indonesia. Perjuangannya berbuah dengan pengakuan kemerdekaan Indonesia untuk pertama kalinya oleh Mesir pada 18 November 1946. Bung Hatta menulis bahwa kemenangan diplomasi Indonesia dimulai dari Kairo. Hatta menegaskan bahwa K.H. Abdul Kahar Mudzakkir adalah salah satu tokoh yang turut “Meratakan jalan sebaik-baiknya” untuk pengakuan kemerdekaan Indonesia.
Pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945, tidak terjun langsung dalam dunia politik, namun lebih memilih dunia pendidikan. Abdul Kahar Mudzakir mempelopori lahirnya Sekolah Tinggi Islam -bersama-sama dengan Moh.Hatta, Moh Natsir, Moh.Roem dan KH Wachid Hasyim- yang berdiri pada 8 Juli 1945 di Jakarta.
Ruhana Kuddus
No Sk 120/TK/ Tahun 2019
Tgl Sk 7 November 2019
Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi
No Sk 120/TK/ Tahun 2019
Tgl Sk 7 November 2019
Arnold Mononutu
No Sk 117/TK/Tahun 2020
Tgl Sk 6 November 2020
Jend.Pol (Purn) R.S.Soekanto
No Sk 117/TK/Tahun 2020
Tgl Sk 6 November 2020
Raden Said Soekanto Tjokrodiatmocljo adalah model polisi yang memimpin kepolisian sejak awal berdirinya Negara RI hingga menjelang masuk ke system pemerintahan demokrasi terpimpin, karya agungnya adalah meletakkan dasar-dasar kepolisian nasional yang kokoh selama masa kepemimpinannya. Raden Said Soekanto Tjokrodiatmocljo adalah seorang pemimpin yang mempunyai pandangan yang jauh ke depan. Sejak pengangkatannya sebagai Kepala Kepolisian Negara senantiasa berusaha membangun korps kepolisian yang bersifat nasional sebagai bagian dari susunan ketatanegaraan Indonesia
Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo telah menjalankan tugas sebagai Kepala Kepolisian Negara yang dapat menjaga Kamtibmas, dan menegakkan hukum serta merupakan pejuang kemerdekaan yang menggerakkan seluruh anggota Kepolisian Negara untuk berperang melawan penjajah yang akan kembali menguasai Indonesia dengan menegaskan bahwa anggota Palisi adalah kombatan yang ikut berperang melawan penjajah. Pemikiran dan tindakan Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo dalam meletakkan fundamen struktur, watak, falsafah sebagai bangunan "kepolisian nasional" yang dibutuhkan bagi sebuah Negara merdeka dan berdaulat di tengah ancaman terhadap integritas Republik Indonesia di masa revolusi, perang dan pergolakan internal dalam negeri merupakan remember history. Kehadirannya telah membawa warna dan pengaruh yang harus diingat dan dicatat sebagai bagian dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Beliau ditetapkan sebagai Bapak Kepolisian Negara RI pada tanggal 14 Februari 2001 oleh Presiden Abdurrahman Wahid.
Machmud Singgirei Rumagesan
No Sk 117/TK/Tahun 2020
Tgl Sk 6 November 2020
Macmud Singgirei Rumagesan mempunyai kontribusi besar bagi bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda khususnya perjuangannya untuk mengembalikan Papua Barat ke pangkuanIbu Pertiwi. Awai perjuangannya dimulai ketika diangkat sebagai raja di Kerajaan Sekar. Sebagai raja Macmud Singgirei Rumagesan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Keberpihakannya kepada rakyat ditunjukkan pada saat Maskapai Colijn milik Belanda yang mengelola tambang di wilayah Kokas. Keberpihakan kepada rakyat ini membuatnya dianggap menentang pemerintah Belanda yang berkonsekwensi hukuman penjara selama 15 tahun.
Keluar dari Penjara pada masa Jepang, kembali Macmud Singgirei Rumagesan menghadapi ancaman Jepang yang sering berlaku kejam. Macmud Singgirei Rumagesan menyediakan lahan perkebunan untuk tentara Jepang yang dimaksudkan agar kepentingan rakyat dapat semaksimal mungkin dilindungi.Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, Macmud Singgirei Rumagesan menunjukkan keberpihakannya kepada Republik ndonesia. Keberpihakannya tersebut ditunjukkan dengan memerintahkan penurunan bendera Belanda dari Kokas yang menyebabkan Macmud Singgirei Rumagesan ditangkap dan dipenjarakan di Sorong oleh Belanda.
Di Sorong, Macmud Singgirei Rumagesan justru merencanakan perlawanan bersenjata kepada Belanda sehingga kembali ditangkap dan dipenjara pertama di Sarong dan kemudian dipindahkan ke Manokwari. Di Manokwari, Macmud Singgirei Rumagesan dijatuhi hukuman mati tetapi kemudian diubah menjadi hukuman seumur hidup dan dipindah ke Makasar. Macmud Singgirei Rumagesan dapat bebas setelah Konferensi Meja Bundar 1949 yang menyepakati berdirinya Republik ndonesia Serikat (RIS).
Perjuangan Macmud Singgirei Rumagesan belum berakhir karena Papua Barat belum menjadi bagian dari RI. Macmud Singgirei Rumagesan konsisten memperjuangkan masuknya Papua Barat sebagai bagian dari RI hingga akhir hayatnya pada 5 Juli 1964.
Mr. S.M. Amin Nasution
No Sk 117/TK/Tahun 2020
Tgl Sk 6 November 2020
Raden Mattaher
No Sk 117/TK/Tahun 2020
Tgl Sk 6 November 2020
Selama delapan tahun menghadapi Raden Mattaher Belanda telah banyak kehilangan personel pasukannya, senjata, amunisi,kapal, jukung , logistik dan anggaran belanja. Untuk menghentikan kehancuran lebih parah dan mengakhiri perlawanan Jambi,tidak ada cara lain kecuali menangkap Raden Mattaher dalam keadaan hidup ataupun mati. Maka pada tahun 1907 Belanda mendatangkan bantuan pasukan khusus Marsose dari Batavia, Ambon, dan Palembang. Pengejaran dilakukan ke seluruh penjuru daerah yang diduga menjadi tempat pertahanan Raden Mattaher. Segala cara ditempuh tetapi masih juga belum berhasil. Raden Mattaher sendiri sudah merasa kewalahan untuk bisa lolos karena penjagaan sudah begitu rapat di seluruh daerah Jambi.
Para pengikutnya membujuk agar Raden Mattaher meloloskan diri ke Batu Pahat, Malaysia, tetapi Raden Mattaher selalu menolak, dan kukuh, bahkan bersumpah akan melawan Belanda sampai tetes darah penghabisan. Taktik intelijen yang canggih dari pihak Belanda akhirnya berhasil mengendus keberadaan Raden Mattaher, yaitu di rumah kerabatnya di dusun Muaro, Jambi. Belanda mengepung dusun itu selama 4 hari. Dalam keadaan genting seperti itu, Belanda masih berupaya membujuk Raden Mattaher agar menyerah. Tetapi Raden Mattaher tidak menggubrisnya. Akhirnya jalan perang ditempuh. Baku tembak tidak terhindarkan sampai akhirnya Raden Mattaher bersama seorang saudara laki-laki dan 5 pengikutnya tewas. Peristiwa itu terjadi pada 1Oktober 1907.
Berita tentang ini adalah kemenangan besar bagi Belanda dan tentu saja keprihatinan dan duka bagi rakyat Jambi. Tewasnya Panglima Raden Mattaher menandai berakhirnya perang Jambi selama 8 tahun. Perlawanan Jambi selanjutnya berubah strategi, dari pendekatan militer ke pendekatan politik melalui organisasi pergerakan,yakni Sarekat slam dan Sarekat Merah.
Sultan Baabullah
No Sk 117/TK/Tahun 2020
Tgl Sk 6 November 2020
Sultan Baabullah lahir dan tumbuh dalam suasana persaingan antar pedagang rempah-rempah di Nusantara khususnya di kawasan Maluku. Tidak hanya pedagang asal Nusantara tetapi juga pedagang asing dari Eropa. Persaingan ini pada gilirannya menimbulkan keinginan untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah yang sangat bernilai tinggi. Portugis sangat ingin memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku dan Ternate khususnya. Portugis yang awalnya diterima dengan baik di Ternate lama kelamaan memaksakan monopolinya yang menyebabkan kakek Sultan Baabullah dibuang ke Goa-India dan bahkan ayahandanya Sultan Khairun dibunuh.
Sultan Baabullah menjadi sangat anti-Portugis dan bertekad mengusirnya dari wilayah Kesultanannya. Tekad ini dibuktikan dengan mengirim ekspedisi ke berbagai daerah seperti Ambon dan Buton untuk mengejar orang-orang Portugis. Ekspedisinya ini berhasil. Ternate pun terbebas dari cengkeraman Portugis pada masa pemerintahan Sultan Baabullah sehingga berhasil menjadi sentral perdagangan rempah rempah yang mempunyai jaringan internasional.